HET Minyak Kemasan Dicabut, Pedagang Tradisional Masih Bingung

HET Minyak Kemasan Dicabut, Pedagang Tradisional Masih Bingung

RADARLAMPUNG.CO.ID - Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia mulai kemarin (16/3) telah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan, yang sebelumnya ditetapkan Rp14 ribu per kg. Kini harga minyak goreng kemasan disesuaikan dengan harga keekonomian. Dari pantauan Radarlampung.co.id di Pasar Cimeng, Kamis (17/3) pedagang sembako mengaku masih bingung menentukan harga menjual minyak goreng kemasan. Seperti kata Junaedi, pedagang sembako tersebut mengaku kasian terhadap konsumen dengan dicabutnya HET minyak goreng kemasan, sebab dirinya tidak tega menjual minyak dengan harga mahal. Namun, dirinya juga harus mengeluarkan modal yang besar untuk membeli minyak goreng. Menurut Junaedi, saat ini dirinya masih menjual minyak goreng kemasan Rp23 ribu per Kg, sedangkan dirinya mendapat informasi bahwa saat ini modal untuk membeli minyak goreng Rp23 ribu. \"Jadi sekarang ini saja jual harga modal saja,\" ucapnya, Kamis (17/3). Harga minyak goreng kemasan sendiri, kata Junaedi sebelum asa subsidi atau HET kemarin dirinya sempat menjual harga tertinggi Rp18 ribu per kg. Pasca disubsidi pihaknya pun masih membeli cukup mahal karena susah didapat dan banyak pedagang minyak dadakan. \"Waktu disubsidi saya modal aja sampai Rp17 ribu per Kg. Waktu disubsidi kemarin susah barangnya setengah bulan, terus barang mulai banyak tapi harganya normal, dari distrinustor mahal,\" ucapnya. Pasca dicabutnya HET minyak kemasan, dirinya pun mengaku masih bingung dan menunggu informasi lebih lanjut. Sebab, dirinya mendapat informasi saat ini stok minyak banyak, namun harganya satu dus berkisar Rp270 ribu hingga Rp276 ribu per dus. \"Ya kalau sekarang katanya mau berapa dus pun ada barangnya, tapi harganya sekutr Rp270 ribu per dus, jadi modalnya sekitar Rp23 ribu per kg. Karena masih baru dicabut HET masih payah stoknya dan saya belum berani jual,\" tuturnya. Senada, Yaya pedagang Pasar Tempel sekitar Cimeng mengaku sedih dengan situasi minyak goreng saat ini. Sebab, pemerintah sempat memberi harga murah dengan disubsidi, tapi minyak sulit didapat di pasaran. Dirinya pun mengaku lebih baik harga minyak goreng disetarakan atau mahal tapi stok banyak dan semua orang dapat mendapatkannya. Sehingga dirinya merasa dengan harga disubsidi hanya menguntungkan orang yang memiliki uang yang banyak. \"Yang banyak duit enak, yang gak punya duit mau beli aja susah, katanya ada di minimarket dan sebagainya, tapi anterian panjang, sedangkan dapatnya cuma 2 liter. Kalau harga subsidi susah banget dapatnya. Sudah anteri aja bahkan tidak kebagian,\" ungkapnya. Meski pemerintah telah mencabut HET minyak goreng kemasan, kata Yaya, stok belum ada. \"Kita berharap banget bapak Jokowi bantu. Sedih apalagi pernah anteri minyak sampai bau ketek dapat gak, malah sampai di marah anak,\" ucapnya, sembari mengatakan pihaknya jarang menjual minyak lagi. Terpisah, Hidayati pedagang gorengan yang sering berdagang di Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung mengaku menjerit dengan harga saat ini. Karena minyak goreng terus naik dan stoknya susah didapat. Terbaru dirinya mendapat harga minyak goreng kemasan Rp47.900 untuk kemasan dua liter. Sehingga membuat dirinya harus menaikan harga gorengan yang semula Rp5.000 dapat tiga gorengan sekarang satu gorengan Rp2.000. (pip/sur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: