Iman Dengan Kesadaran

Iman Dengan Kesadaran

Oleh Asrian Hendi Caya* Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertakwa. Tapi perintah ini untuk orang beriman. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa…” (Qs 3: 102). Ternyata iman merupakan tahap keberagamaan yang memerlukan proses. “Orang-orang Arab Badui berkata, \"Kami telah beriman.\" Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah \'Kami telah menyetujui (Islam),\' karena iman belum masuk ke dalam hatimu...” (Qs 49: 14). Untuk beriman, Allah memberikan kebebasan kepada manusia.Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?” (Qs 10: 99). Allah tidak memaksa manusia supaya beriman agar manusia beriman mela;ui proses yang manusiawi. Karena manusia diberi kemampuan berpikir. Sejak dalam kandungan ketika akan meniupkan ruh, Allah meminta kesaksian. \"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): \"Bukankah Aku ini Tuhanmu?\" Mereka menjawab: \"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi\". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: \"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)\" (Qs 7 : 172). Artinya, sejak awal manusia sudah mengenal dan bersaksi atas  Allah sebagai Tuhan. Hal dilakukan agar manusia tidak bisa komplain/protes karena tidak diberi tahu. Dan agar tidak menyalahkan orangtua/nenek moyang atas ketidakberimanannya. “Atau agar kamu tidak mengatakan: \"Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu\" (Qs 7:  173). Tidak berhenti disini. Karena Allah mengutus Rasul sebagai pemberi petunjuk bagi manusia.Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Maha bijaksana” (Qs 4: 165). Allah juga telah menurunkan Al quran sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia. “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur\'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)”(Qs 2: 185).  Bahkan dinampakkan kebesaran Allah di dunia. “Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin. Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini” (Qs 45: 3-4). Allah melebihkan manusia dari makhluk lain dengan akalnya. Dengan demikian, manusia dapat berpikir sehingga tahu dan memahami apa yang dilakukannya. Kesadaran inilah yang diinginkan Allah atas perbuatan manusia. “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”(Qs 17: 36). Bahkan Allah murka kepada orang yang tidak berpikir.  “dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”( Qs 10: 100). Karena itu, perintah takwa disampaikan kepada orang yang berakal. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (Qs 2: 197). Orang yang berakal (ulil albab) yaitu orang yang selalu menginat Allah (zikir) dan berpikir (tafakur). “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Qs 3: 190-191). Proses berpikir yang melahirkan kesadaran inilah yang memasuk iman ke dalam hati. Inilah beriman dengan kesadaran. Semoga iman kita termasuk yang sudah masuk ke dalam hati...(*)   *Peneliti PUSIBAN –Pusat Studi dan Informasi Pembangunan *Pengurus Masjid AIRAN Way Huwi  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: