Manfaatkan Marketing Digital, Pelaku UMKM Harus Tahu Pangsa Pasar
Produk-produk ramah lingkungan dari Kahut Sigerbori.---Foto: Prima Imansyah Permana/ Radarlampung.co.id.---
RADARLAMPUNG.CO.ID - Untuk memanfaatkan marketing digital, pelaku UMKM harus memiliki variasi dan inovasi. Serta tahu pangsa pasar dari produk yang dijual.
Owner dan Fonder Kahut Sigerbori Anggraeni Kumalasari mengatakan, untuk itu pihaknya ikut masuk ke dunia digital dalam memasarkan produknya.
Di mana, Kahut Sigerbori miliknya beralamat di Bandar Lampung dan bergerak di memproduksi berbagai kerajinan ramah lingkungan.
Kata Anggraeni Kumalasari, untuk memasarkan produknya, dirinya memanfaatkan marketplace Tokopedia dan Shopee; Instagram hingga status WhatsApp.
Untuk di Instagram, saat ini dirinya lebih fokus untuk meng-upload seputar kegiatan Kahut Sigerbori, cara membuat produk, dan lainnya. Meskipun ada instagram catalog yang menampilkan khusus produk.
"Jadi tidak melulu menampilkan produk saja tapi bervariasi. Karena orang pengen tahu terkait cara membuat dan lainnya. Pada ujungnya nanti mereka akan lari ke katalog kita untuk melihat produk-produk kita yang dijual," ujarnya.
"Kalau marketplace produk kita lebih banyak ke Tokopedia, karena pangsa pasarnya lebih banyak disana. Kalau yang kencang lewat status WhatsApp," ungkapnya.
Anggraeni Kumalasari berpesan di jaman teknologi digital saat ini untuk tidak mengikuti alur yang akhirnya membuat cape sendiri. Meski begitu tetap harus mengikuti perkembangan digital saat ini.
BACA JUGA:Hemat Energi dan Ramah Lingkungan dengan TV Samsung 43 inci Full HD TV T5001, Begini Spesifikasinya
"Mau gak mau karena ini jaman digital kita harus terjun di digital. Tapi jangan ikut arus karena capek sendiri. Kita sebagai pelaku UMKM harus tau market kita dimana," ungkapnya.
Disinggung terkait perkembangan usahanya pasca pandemi, ia mengaku terus berkembang. Dimana, saat ini usahanya telah bekerjasama dengan Hotel Batiqa dalam pemasaran produk.
Begitu juga di Bali pihak telah bekerja dengan dua butik yang berada di Ubud dan Kute menjual produk tanpa lebel yang nanti akan diberi lebel sendiri di sana.
"Tidak apa-apa yang penting terus bereproduksi karena kita pemberdayaan banyak pengrajin yang terpenting produk tetap berjalan dan tetap terbayarkan upahnya," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: