Sejumlah Tokoh Besar Hadiri Pemakaman KH Arief Mahya, Simak Berikut Ini Sekilas Kisah Tentang Almarhum

Sejumlah Tokoh Besar Hadiri Pemakaman KH Arief Mahya, Simak Berikut Ini Sekilas Kisah Tentang Almarhum

Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Abdul Waras ikut angkat keranda jenazah tokoh kharismatik NU Lampung KH M Arief Mahya.--

BACA JUGA:FKIP Unila Gelar Yudisium Diikuti 219 Peserta, Salah Satunya Sulpakar

Pun berdoa semoga arwah beliau dilancarkan dalam menghadap sang pencipta.

Fahrizal juga menyampaikan bahwa Gubernur Arinal tidak dapat hadir secara langsung karena tengah menjalankan tugas di Jakarta.

Sosok lainnya, Rahmat Mirzani Djausal mengatakan, masyarakat Lampung pasti sangat kehilangan dengan berpulangnya KH Arief Mahya kepada sang Khalik.

Ia bercerita dahulu sering mengikuti pengajian almarhum. Di mata Mirza, KH Arief Mahya sangat menginspirasi.

BACA JUGA:Soal Ramai Larangan Study Tour Sekolah, Wali Kota Bandar Lampung Pilih Ikut Arahan Pusat

Terlebih lagi tutur nasehat yang ia yakini banyak dijadikannya pedoman. Ia pun mendoakan nilai-nilai keluhuran budi dari beliau bisa diikuti generasi muda Lampung.

Kemudian, saat di lokasi pemakaman, Kakanwil Kemenag Lampung sekaligus Ketua PWNU Lampung Puji Raharjo sempat menceritakan sekilas perjuangan hidup KH Arief Mahya.

Yang mana, KH Arif Mahya lahir di Gedung Asin, Liwa, Lampung Barat, 6 Juni 1923.

Mengawali pendidikan di Volschool zaman penjajahan Belanda, almarhum lantas melanjutkan ke Pesantren Ad-Diniyah Al-Islamiyah, kemudian Standard School, Wustho Zu'ama, dan Wustho Mu'alimien (Onderbow Kweeschoool) di tahun 1941.

BACA JUGA:Gerindra Bandar Lampung Bocorkan Kisi-kisi Sosok yang Bakal Diusung sebagai Wali Kota

Setamat dari Wustho Mu'allimin, almarhum berhenti sekolah karena meletusnya Perang Dunia II. Kondisi ini memaksanya untuk terjun ke kancah perang.

Bahkan sejak kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 sampai 1949, almarhum turut serta mempertahankan kemerdekaan.

Di sela-sela perjuangan kemerdekaan, almarhum menapak masa mudanya dengan bekerja sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah di Talang Paris, Bukit Kemuning, Lampung Utara, tahun 1942.

Hanya setahun di sana, almarhum pindah menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah di Karang Agung, Way Tenong, Lampung Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: