94 vs 74

Sabtu 29-02-2020,07:33 WIB
Editor : Anggri Sastriadi

UMNO sendiri di tengah badai kekalahan itu masih memperoleh 39 kursi --hanya selisih 1 kursi dari PKR. Hanya partai Tionghoa sekutu UMNO, MCA, yang disikat habis oleh DAP --tinggal memperoleh 2 kursi. Praktis semua suara Tionghoa boyongan ke DAP.

Saat Pemilu 2019 itu sendiri Anwar masih berstatus dipenjara. Tidak bisa ikut menjadi caleg. Ia perlu kekuatan tambahan untuk kali ini benar-benar bisa menumbangkan UMNO.

Anwar melihat, musuh lamanya, Mahathir, juga lagi sangat membenci UMNO. Mahathir pernah jadi mentornya --yang kemudian menjadi lawan politik utamanya.

Apa boleh buat.

Demi mengalahkan musuh, musuhnya musuh pun bisa diajak menjadi teman --meski musuhnya musuh itu juga musuhnya sendiri.

Mahathir memang mendirikan partai baru: Partai Pribumi Bersatu. Tapi partai ini juga hanya bisa mendapat 26 kursi.

Anwar pun, dari balik jeruji penjara, setuju kalau Mahathir yang jadi komandan oposisi --yang memang perlu tokoh sepadan untuk melawan Perdana Menteri Najib Razak.

Bahkan, kalau oposisi berhasil memenangi Pemilu, Anwar pun setuju Mahathir-lah yang akan jadi perdana menteri. Dengan syarat:

1. Hanya dua tahun menjadi perdana menteri.

2. Memintakan pengampunan Anwar Ibrahim.

3. Istri Anwar dijadikan Wakil Perdana Menteri.

Mahathir pun setuju dengan komitmen itu.

Yang No. 2 sudah ia laksanakan: Anwar mendapat mengampunan raja.

Maka setelah menjalani pengobatan sakit bahunya di Turki Anwar mendapat jalan politik. Seorang anggota DPR baru --juga baru sekali itu menjadi anggota DPR-- mengundurkan diri. Sekadar memberi jalan kepada Anwar untuk menjadi anggota DPR.

Tanpa menjadi anggota DPR Anwar tidak boleh menjadi perdana menteri.

Anwar pun berhasil menang di Pemilu sela di dapil Port Dickson itu. Dengan status baru sebagai anggota DPR Anwar langsung mendapat jabatan baru: PMTTW --Perdana Menteri Tinggal Tunggu Waktu.

Tags :
Kategori :

Terkait