Hanya satu potong keterangan yang bisa saya dapat: beliau sudah empat hari dirawat di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. ”Sakit jantung dan paru-paru”.
Itulah penjelasan tertulis putranya. Yang kemudian beredar luas --terutama di lingkungan Muhammadiyah.
Saya memang jarang kepo.
Termasuk ketika teman-teman saya heboh membicarakan tetangga mereka.
Saya memang dikirimi fotonya segala. Foto rumah besar yang didatangi polisi dan ambulans. Tapi saya tetap tidak kepo. Termasuk ketika pembicaraan mereka sampai pada: virus sudah masuk ke Graha Famili.
Graha Famili adalah salah satu kompleks perumahan termahal di Surabaya --terutama yang di sekitar lapangan golf.
Bahkan saya tidak tahu kalau Nadjikh sudah pindah ke situ. Rasanya hanya segelintir pengusaha muslim yang punya rumah di situ --Nadjikh dan pemilik Gajah Duduk misalnya.
Saya punya banyak sekali teman di Graha Famili. Semua menghebohkan masuknya virus ke perumahan itu. Termasuk membicarakan bahwa pemilik rumah itu masih jalan-jalan di komplek Graha Famili minggu sebelumnya.
Tapi saya sama sekali tidak menyangka kalau foto rumah yang beredar itu adalah rumah barunya Nadjikh.
Saya menyesal tidak kepo.
Saya tidak menyangka.
Ia masih sangat muda --untuk ukuran saya.
Ia enerjik sekali. Tidak menyangka kalau ia punya sakit jantung --salah satu yang paling rawan di musim Covid-19 ini.
Banyak yang saya harus angkat topi: Nadjikh itu luar biasa. Di banyak bidang. Terutama bagaimana ia yang sudah kaya masih mau ngurus pergerakan keagamaan.
Saat menulis untuk buku ulang tahunnya, saya lebih banyak menjadikan Nadjikh sebagai contoh pengusaha muslim yang hebat.
Waktu itu saya lebih banyak melihat Nadjikh dari sisi ”tauhid” - nya. Yakni ”tauhid bisnis”.