Tiba-Tiba Tiada

Sabtu 18-04-2020,07:58 WIB
Editor : Widisandika

Jiwa bisnis adalah jiwa yang harus bisa dipercaya. Harus memegang teguh komitmen. Apa yang diucapkan harus bisa dipegang.

Saya prihatin melihat begitu banyak pengusaha muda yang terjun ke politik. Padahal usahanya belum besar. Belum mapan pula. Maka saya pastikan mereka itu tidak akan bisa tekun lagi berusaha. Mereka sudah terbiasa melewati jalan mudah. Jalan pintas.

Sedang berbisnis itu jalannya sulit. Harus ulet. Harus merintis dari bawah. Harus bekerja keras.

Sebenarnya, menurut saya, Nadjikh sudah boleh terjun ke politik. Jiwa bisnisnya sudah menyatu di hatinya. Karakternya sudah kuat. Prinsip hidupnya sudah teguh.

Kalau pun ia terjun ke politik rasanya politik sudah tidak akan bisa merusaknya. Justru orang seperti ia yang bisa memperbaiki perpolitikan.

Tapi memang lebih baik Nadjikh tetap dalam keteguhannya itu. Begitulah kesimpulan tulisan saya untuk bukunya itu.

Mengapa itu menjadi catatan khusus saya untuknya?

Karena Nadjikh itu pribumi. Nadjikh itu aktivis Islam. Nadjikh itu orang daerah.

Pribumi-Islam-daerah biasanya tidak tertarik pada bisnis. Lebih tertarik jadi politisi. Atau pegawai.

Karena itu posisi ekonomi pribumi-Islam-daerah sangat lemah. Betapa pentingnya memperbanyak orang sukses seperti Nadjikh.

Nadjikh adalah model. Contoh nyata bagaimana pribumi-Islam-Daerah bisa sukses. Lewat jalan fokus. Tidak mudah tergoda. Khusuk. Bertauhid.

Kita harus bersyukur pernah ada sosok seperti Nadjikh.

Coba saja kalau ia tidak bertauhid, ia belum tentu berhasil.

Orang yang tidak bertauhid itu, Anda tahu: disebut musyrik. Orang musyrik masuk neraka. Begitu juga orang bisnis yang ”musyrik bisnis”. Ia akan masuk neraka. Nerakanya orang bisnis adalah bangkrut!

Begitu pentingnya ajaran tauhid. Termasuk untuk bidang bisnis.

Nadjikh tiba-tiba tiada.

Tags :
Kategori :

Terkait