Tiga Ribu UMKM Lampung Terdampak Covid-19

Senin 18-05-2020,15:58 WIB
Editor : Widisandika

radarlampung.co.id-Pandemi corona virus disease (covid-19) membuat berbagai sektor di Lampung terpukul. Salah satu yang paling terdampak adalah sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini terungkap dalam diskusi virtual bertema Surviving and Preparing Post Covid-19 For SME (UMKM) Senin (18/5). Diskusi tersebut digelar Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Lampung. Dalam diskusi terungkap, hingga 14 Mei 2020, sebanyak 3.481 UMKM terdampak covid-19. Angka ini masih ditambah dengan 2.130 pengemudi ojek online dan 80 koperasi turut terdampak. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Lampung, Agus Nompitu yang menjadi salah satu narasumber diskusi menyatakan, jumlah UMKM terbanyak ada di Tulangbawang Barat sebanyak 749 UMKM. “Pringsewu dan Metro juga cukup besar. Hingga 410 MKM. Dan rata-rata di daerah lain juga sampai ratusan kecuali di Lampung Selatan,” katanya. Dari call center Diskop UMKM Lampung, lanjut Agus, kesulitan pelaku UMKM rata-rata terkait harga bahan baku tinggi hingga kelangkaan bahan baku. “Termasuk juga produksi menjadi terbatas dan pengiriman bahan baku terkendala karena ada pembatasan sosial. Sehingga ini menambah kesulitan pelaku usaha kita,” katanya. Dijelaskan Agus, persoalan pandemic covid-19 adalah terkait penanganan kesehatan. Sehingga, apabila penanganan kesehatan lambat, maka dampak sosial ekonomi akan terus terjadi. Langkah yang dilakukan Pemprov Lampung, lanjut Agus, adalah dengan memberikan insentif dan stimulan. Bagi UMKM yang terdampak maka akan diberikan stimulan. Namun, bagi yang terdampak serius akan diberikan insentif. Menurut Agus, ada tujuh langkah yang disiapkan dinasnya mencegah dampak pandemic covid-19. Yang pertama membuka layanan toko/warung pesan kirim dan membuka pemasaran online. Kemudian dilanjutkan dengan stimulant bagi koperasi dan UMKM serta pemberdayaan usaha produksi  KUMKM. “Ada juga pelatihan online bagi koperasi dan UMKM, kartu prakerja dan fasilitasi restrukturisasi,” katanya. Menurutnya, pihaknya juga menggagas Lampung harus memiliki aplikasi online seperti Pasar Berjaya untuk bisa memberikan layanan pada konsumen. “Sehingga pada era new normal mungkin masyarakat jadi terbiasa belanja dari rumah. Dan ini harus difasilitasi hadirnya pemerintah,” katanya. Untuk program Warung Online, lanjutnya, bisa melakukan layanan pesan kirim di 15 kabupaten/kota se-Lampung. Dan pasca pandemic covid-19, lanjutnya, akan terus dilakukan. “Stimulan juga dilakukan misalnya dengan membeli produk UMKM, kue da sebagainya. Nah ini kita juga membeli apakah hand sanitizer, masker dan macam-macam Kita bagikan gratis kepada yang memerlukan,” katanya. Narasumber lain yang turut hadir dalam diskusi virtual tersebut Ismail Komar, owner Kopi WAW, Askasifi Eka Cesario (owner Kripik Askha Jaya) dan Direktur Polinela yang juga owner Permata Bakery Sarono. Menurut Ismail Komar, pandemic covid memang membuatnya harus menutup operasional usahanya dan beralih ke online. Di online, diakuinya mencatatkan hasil yang signifikan. “Tapi secara jangka pendek baik. Jangka panjang agak kurang baik. Saya tetap berharap mungkin ini selesai dan lantas buka offline lagi,” katanya. Disamping beralih ke online, cara lain agar tetap survive adalah dengan memangkas harga. Selain itu juga memacu penjualan bahan baku. Hal serupa juga disampaikan Askasifi. Menurutnya, secara offline omset terjun bebas hingga 70 persen. Tapi dengan adanya pandemi pihaknya memaksimalkan marketplace di online. “Kita juga membuat konten menarik misalnya dengan mengurangi sedikit keuntungan untuk menarik peminat,” tuturnya. Disamping itu, lanjutnya, produk yag disiapkan juga kualitasnya harus nomor satu. Sehingga bisa dipasarkan dengan baik . “Kan otomatis bakal cerita ke yang lain. Kalau produk kita kurang baik, sedikit sulit. Yang pasti kita harus punya produk yang top,” katanya. Sementara, Sarono menjelaskan, di sektor UMKM bakery, terjadi juga penurunan omset antara 15-25 persen. Hal ini disebabkan oleh bahan baku yang naik, suplai barang yang kurang lancar, konsumen berkurang hingga pengecer macet. “Di Lampung ini saja terdata 67 UKM roti. Ini seluruh Lampung (dampak covid-19 terasa),” katanya. Diskusi virtual IMA Chapter Lampung dibuka oleh President IMA Lampung Heri Andrian dan dimoderatori oleh Vio Dian Sepriana CDA Manager PT. Nutrifood Indonesia. Menurut Heri Andrian, UMKM menjadi sektor paling terdampak di masa krisis saat ini. Dirinya membandingkan ketika krisis terjadi pada 1998. Ketika itu, lanjutnya, UMKM menjadi penyelamat perekonomian Indonesia. “Tapi di tahu ini, krisis baru mulai UMKM sudah banyak yang terkapar,” katanya. Namun, dirinya tetap meyakini UMKM Indonesia merupakan UMKM yang tangguh dan bisa bangun kembali. “Mudah-mudahan di masa datang covid-19 akan selesai. Dan UMKM bisa bertahan,” ucapnya. (wdi/wdi)

Tags :
Kategori :

Terkait