Tim PKM Polinela Mengadakan Pelatihan Pembuatan Abon Lele 

Selasa 21-09-2021,15:54 WIB
Editor : Yuda Pranata

//Bagi Koperasi Konsumsi Nurul Amal Pondok Pesantren Miftahul Huda 606// RADARLAMPUNG.CO.ID - Tim Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Lampung (Tim PKM Polinela), telah mengadakan Pelatihan Pembuatan Abon Lele bagi Pengurus dan Anggota Koperasi Konsumsi Nurul Amal, Pondok Pesantren Miftahul Huda 606. Kegiatan pelatihan, diadakan di Aula Pondok Pesantren, Jalan Way Arong, Dusun Banyumas, Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tim PKM Polinela, terdiri dari Dwi Eva Nirmagustina Ph.D sebagai Ketua Tim PkM bersama anggota tim lainnya yakni Dr. Chandra Utami Wirawati, S.Tp. M.Si., Ira Novita Sari, S.P.d. M.Si., dan Sri Handayani, S.P. M.,E.P. Mereka adalah Tim PkM Polinela yang  memiliki kepakaran dalam bidang Teknologi Pangan dan Agribisnis. Selain itu, pelatihan juga mengikutsertakan mahasiswa Teknologi Pangan. Kegiatan pelatihan dibuka oleh Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda 606, KH. Endang yang didampingi oleh Ketua Koperasi Konsumen Nurul Amal. Kegiatan pelatihan, diikuti oleh 15 orang peserta yang berasal dari anggota koperasi dan guru santri. Kegiatan pelatihan berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat. Ketua Tim PkM, Dwi Eva Nirmagustina Ph.D menjelaskan, pelatihan tersebut, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota koperasi dalam memproduksi produk olahan pangan khususnya abon lele. Pada awal tahun 2020, Koperasi Nurul Amal merupakan salah satu pesantren yang mendapat bantuan kolam sistem bioflok sebanyak 10 buah berukuran diameter 3 meter/kolam dengan kapasitas 3000 ekor/kolam. [caption id=\"attachment_219310\" align=\"alignnone\" width=\"1280\"] Suasana Proses pengemasan abon lele yang dilakukan oleh Pengurus dan Anggota Koperasi Nurul Amal Pondok Pesantren Miftahul Huda 606 bersama Tim PkM Polinela[/caption] Pada akhir tahun 2020, Koperasi Nurul Amal melakukan panen perdana ikan lele. Pada saat itu sebagian besar hasil panen ikan dijual segar di pasar tradisonal dan untuk konsumsi lauk santri. Ikan lele juga dijual ke dewan guru, wali santri, dan masyarakat umum sekitar pesantren. \"Ikan lele ini dihasilkan diolah menjadi lele beku. Namun belum ada upaya-upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah ikan lele. Karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki,\" ungkap Dwi. Oleh karena itu, sambung Dwi, pada pelatihan ini disampaikan materi-materi terkait hal tersebut di atas yang meliputi Diversifikasi Produk Olahan Pangan, Nilai Tambah Produk Olahan Pangan, Kemasan dan Labelling Produk Olahan Pangan, serta Strategi Penjualan dan Pemasaran Produk Olahan Pangan. \"Salah satu bentuk Diversifikasi ikan lele adalah abon lele. Abon lele mempunyai kelebihan dibandingkan ikan lele sebagai produk segar yaitu memiliki masa simpan yang lama, memiliki cita rasa yang disukai, dan memiliki kandungan gizi yang baik,\" ujarnya. Dia menjelaskan, abon lele dapat memberikan nilai tambah jika akan dijadikan bidang usaha dengan memperhatikan faktor teknis dan faktor pasar. Seperti jumlah bahan baku, tanaga kerja, kapasitas produk, harga bahan baku, dan upah tenaga kerja. Kemasan dan labeling, merupakan hal penting dan mutlak diperlukan pada produk olahan pangan. Kemasan tidak hanya berfungsi melindungi produk, tapi juga berfungsi untuk menarik pembeli dengan desain kemasan yang menarik. Informasi pada label kemasan memiliki aturan yang harus diikuti untuk memberikan informasi yang benar terkait produk yang ada dalam kemasan. Abon lele yang telah dihasilkan jika akan dipasarkan maka harus memiliki strategi penjualan dan pemasaran, yaitu product, proposition, pricing, promotion, dan place. \"Selain materi, pada pelatihan juga dilakukan praktik pembuatan abon lele yang dilakukan secara bersama oleh Tim PkM Polinela dengan seluruh peserta pelatihan,\" ucap Dwi. Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pelatihan. Secara umum, peserta telah mengetahui dan memahami terkait materi-materi yang telah disampaikan. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti setiap sesi materi. Banyak pertanyaan yang muncul seputar materi, diantaranya apakah lele yang sudah sangat besar bisa dibuat abon lele. Faktor apa yang paling berpengariuh terhadap biaya produksi abon lele. \"Apakah ada orang yang bisa membantu membuat desain kemasan yang menarik. Bagaimana memanfaatkan teknologi informatika sebagai strategi penjualan dan pemasaran. Pada praktik pembuatan abon lele peserta juga sangat antusias, karena ini merupakan pengalaman pertama,\" kata Dwi Eva. Peserta pelatihan telah mengetahui dan memahami prosedur pembuatan abon lele. Pada sesi ini juga banyak pertanyaan yang diajukan. Diantaranya apakah bumbu abon lele bisa dimodifikasi. \"Apakah jika tidak menggunakan spiner abon lele yang dihasilkan akan berkualitas baik. Bagaimana cara efektif dalam memisahkan daging dengan tulang ikan. Apakah tulang hasil pemisahan dapat dimanfaatkan kembali,\" katanya. Dwi Eva menambahkan, Tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini, akan diberikan pendampingan produksi abon lele yang dilakukan secara mandiri oleh anggota Koperasi Nurul Amal. Tim PkM Polinela akan memantau terutama kualitas abon lele yang dihasilkan. Setelah mampu membuat abon lele sesuai standar yang telah ditetapkan. \"Maka kedepannya, Jika abon lele bisa diproduksi dan siap untuk dijual, maka Tim PkM Polinela akan memberikan pendampingan dalam pengurusan pengajuan Sertifikat Produk Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dan sertifikat halal. (gie/rls/yud)

Tags :
Kategori :

Terkait