Beijing, Kota Maju Berbudaya Bebas Pedagang Kaki Lima

Senin 12-08-2019,22:15 WIB
Editor : Widisandika

SEJUMLAH pemimpin redaksi dan pimpinan media cetak, elektronik Provinsi Lampung, pekan ini  berkesempatan mengunjungi Republik Rakyat Tiongkok. Atas undangan Konjen Tiongkok didampingi pengurus Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Lampung rombongan dibawa mengunjungi beberapa kota di Negeri Tirai Bambu tersebut. Selain untuk melihat lebih dekat lagi perkembangan teknologi, juga adat budaya di negara tersebut. Berikut laporan GM Radar Lampung, H. Purna Wirawan ----------------------------------------- Bagaimana perkembangan Tiongkok, sudah banyak tulisan yang mengulasnya. Bahkan, bos kami Dahlan Iskan sedikitnya telah memiliki 76 catatan tentang negara yang juga disebut Republik Rakyat China ini. Namun demikian, bagi seorang jurnalis tetap ada saja hal-hal menarik untuk disampaikan. Rombongan mengawali perjalanan Lampung-Jakarta-Beijing Minggu, 11 Agustus 2019 kemarin atau tepat di hari raya Idul Adha 1440 Hijriah. Beruntung, sebelum berangkat kami masih bisa melaksanakan salat di lingkungan rumah kami masing-masing. Rombongan tiba di Bandara Beijing Capital Internasional Airport menggunakan GA 890, Senin, 12 Agustus 2019 sekitar pukul 05.00 waktu Tiongkok. Keluar bandara langsung disambut pemandu perjalanan Steven, sama dengan nama Sekretaris PSMTI Lampung Steven Cheng yang memfasilitasi undangan konjen. Perjalanan semula akan diawali dengan mengunjungi Istana Kaisar yang dijuluki Forbidden City dan lapangan Tianammen. Namun, atas kesepakatan bersama kunjungan dialihkan ke The Great Wall of China atau Tembok Besar China yang berjarak 74,4 Km atau dengan jarak tempuh  1 jam perjalanan menggunakan bus. Sepanjang perjalanan, pemandu Steven banyak bercerita tentang Kota Beijing, ibukota Tiongkok yang ternyata punya problem sama dengan Jakarta. Macet di mana-mana. Namun, yang sedikit membedakan kemacetan tidak total. Sebab, meski berbagai macam kendaraan yang melintas mulai dari roda empat, dua dan sepeda tetap memiliki jalur tersendiri sehingga tidak saling serobot. Juga, yang memantik perhatian adalah kebersihan dan kerapihan khususnya Kota Beijing dan kota-kota di Tiongkok pada umumnya. Sangat tertata dan teratur. Sepanjang perjalanan tidak nampak pedagang kaki lima. Pemandangan yang jauh berbeda dari bayangan sebelumnya. Kota inipun sangat hijau. Pemerintah Tiongkok ternyata sejak beberapa tahun terakhir betul-betul memperhatikan keindahan kota. Selain terus membangun gedung-gedung menjulang, penataan pedagang kaki lima juga terus dilakukan seiring dengan kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebagaimana diketahui Beijing adalah ibu kota Republik Rakyat Tiongkok dan salah satu kota terpadat di dunia, dengan populasi 21.150.000 pada tahun 2013. Kota metropolis yang terletak di Tiongkok utara ini diperintah sebagai sebuah munisipalitas dikontrol langsung, di bawah pemerintah nasional dengan 16 daerah urban, suburban, dan distrik pedesaan. Munisipalitas Beijing dikelilingi oleh Provinsi Hebei dengan pengecualian bertetangga dengan Munisipalitas Tianjin di sebelah tenggara. Secara bersama-sama, ketiga divisi ini membentuk wilayah metropolitan Jingjinji dan wilayah ibu kota nasional Tiongkok. Beijing merupakan kota terbesar kedua di Tiongkok setelah Shanghai dari segi populasi perkotaan dan merupakan pusat politik,budaya, dan pendidikan negara. Beijing adalah kota markas dari sebagian besar perusahaan BUMN terbesar Tiongkok dan pusat utama jalan raya nasional,jalan tol, jalur kereta api, dan jaringan rel kereta cepat. Bandar Udara Internasional Ibu kota Beijing merupakan bandara tersibuk kedua di dunia berdasarkan trafik penumpang. Sejarah kota Beijing dimulai sejak tiga millennium yang lalu. Sebagai ibu kota yang terakhir dari Empat Ibu Kota Kuno Agung Tiongkok, Beijing telah menjadi pusat politik negara selama delapan abad yang lalu. Kota ini terkenal dengan istana, kuil, taman, kebun, makam, tembok dan gerbang, dan pusaka seninya serta universitas telah membuatnya menjadi pusat budaya dan seni di Tiongkok. Encyclopædia Britannica mencatat bahwa sedikit kota di dunia yang telah menjadi pusat politik dan budaya untuk jangka waktu begitu lama dari suatu daerah yang sangat besar seperti Tiongkok. Beijing memiliki tujuh Situs Warisan Dunia UNESCO yakni Kota Terlarang, Kuil Langit, Istana Musim Panas, Makam Dinasti Ming, Zhoukoudian, Tembok Raksasa, dan Terusan Besar. Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade 2008 dan terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022, yang akan membuatnya menjadi kota pertama yang pernah menjadi tuan rumah kedua iven tersebut. Pemandangan lain yang juga cukup menyita perhatian rombongan kami adalah perhatian pemerintah Tiongkok terhadap perkembangan pertanian di negara ini. Ini nampak di sepanjang perjalanan kami ketika kembali dari Tembok Besar China menuju Propinsi Shanxi yang berjarak 498 Km. Menggunakan kereta cepat menuju kota kelas tiga Tiongkok ini ditempuh selama 3,5 jam saja. Dalam hal pengelolaan pertanian sangat nampak pemerintah Tiongkok begitu konsen menggabungan teknologi tinggi dengan tradisional. \"Makanya sangat wajar jika perekenomian masyarakat Tiongkok makin maju,\" ujar Steven. Demikian dengan kehidupan se hari-hari warga Beijing. Selain tata kota yang rapi dan perkembangan perekonomian yang sangat maju, warga Beijing juga sangat menghormati para tamu, wisatawan asing. Meski, penduduk mayoritas beragama budha, namun mereka juga sangat menghargai penduduk yang beragama minoritas. Bagi kita dari Indonesia yang mayoritas muslim, ketika berkunjung ke Tiongkok tidak terlalu sulit untuk mendapatkan makanan halal. Mereka pun tidak segan bertanya tentang makanan yang akan kita konsumsi. \"Dan ini sudah menjadi komitmen dari pemerintah bersama masyarakat Tiongkok,\" jelas Steven lagi. (bagian 1/wdi)

Tags :
Kategori :

Terkait