Pedagang terdampak PPKM Level 4, Pembeli Sepi dan Nunggak Bayar Cicilan

Senin 23-08-2021,15:02 WIB
Editor : Anggri Sastriadi

Radarlampung.co.id - Penjual Es Tebu di trotoar Jalan Raden Intan Tanjung Karang pusat, Bandarlampung, Juhairi (36) hanya bisa pasrah kala pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Ya, kebijakan ini sangat berdampak pada usaha yang menjadi tumpuan keluarga nya. \"Waktu ada PPKM mikro dua bulan lalu sudah berdampak, Ini ada lagi PPKM Level 4, dampaknya lebih berat lagi,\" ujarnya, Senin (23/8). Tentunya saat PPKM level 4 dikeluarkan pemerintah bertujuan untuk mengurangi mobilitas masyarakat. Bagi Juhairi (36) yang hidupnya bergantung pada pendapatan harian, sudah terdampak dari dua bulan sebelumnya. Sebelum ada penyekatan jalan kartini dirinya masih bisa mendapatkan uang Rp100 - Rp250 ribu perhari. \"Sekarang ini saat PPKM level 4 jalanan sepi karena ditutup, Alhamdulillah saya bisa mendapatkan uang Rp25 ribu - Rp 100 ribu,\" ucap Juhairi yang sehari hari berjualan di trotoar jalan Kartini, tepatnya di depan toko Elizabeth. Pendapatan selama PPKM level 4 itu harus dicukup - cukupkan Juhairi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dirinya. Istri dan empat anaknya serta berbelanja modal bahan tebu. Sementara saat ini dirinya tidak sanggup untuk mengontrak rumah lantaran pendapatannya tidak cukup untuk kebutuhan sehari hari. \"Sebelumnya saya ngontrak bersama istri, karena pendapatan saya tidak cukup buat sewa kontrakan, Alhamdulillah ada temen saya yang menawarkan untuk tinggal di rumah kosongnya sementara di kawasan di desa Kali Asin, Lampung Selatan,\" katanya. Meskipun saat ini dirinya terpaksa menunggak cicilan motor selama dua bulan. Juhairi hanya bisa berharap dirinya tetap bisa berjualan dan jalanan tidak ditutup, dan pandemi ini cepat berlalu.Sementara PPKM level 4 juga dirasakan Agus salah satu pemilih mie ayam Ragiel yang berada di jalan Raden Intan, Tanjungkarang pusat, Bandarlampung. \"Sejak PPKM ini , disini (jalan Raden Intan) pedagang pada nangis semua karena sepi, toko toko pada tutup,\" ucapnya. Dari berjualan mie ayam bakso digerobak miliknya, Agus biasanya mendapat penghasilan hingga jutaan per hari, pendapatannya itu merosot menjadi dua ratus ribu lantaran sepi pembeli. Agus juga mengatakan belum pernah merasakan bantuan dari pemerintah, di tempat tinggalnya di kemiling. \"Bantuan dari pemerintah saya belum dapat mungkin gak dipilih sama perangkat kelurahan, ya, saya cuma bisa berharap jalanan dibuka kembali, gimana mau rame yang beli kalau jalanan sepi,\" keluhnya. (gar/ang)  

Tags :
Kategori :

Terkait