radarlampung.co.id – Demam berdarah dengue (DBD) menyerang. Penyakit yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini menjangkiti segala usia. Mulai dari anak-anak hingga ibu hamil.
Salah satunya Atiah (38), warga Desa Sumbersari, Kelurahan Hajimena, Kecamantan Natar, Lampung Selatan. Wanita yang sedang hamil delapan bulan ini terserang DBD dan menjalani perawatan di Rumah Sakit DKT.
Atiah mengatakan, ia sudah empat hari di rumah sakit tersebut. Sebelumnya, tubuhnya panas dan demam selama sepekan. ”Demamnya seminggu. Tapi masih di rumah. Sudah berobat ke puskesmas dan klinik. Masih saja demam dan naik turun,” kata Atiah ditemui Radarlampung.co.id, Kamis (12/3).
Menurut dia, saat tes darah, dirinya negatif DBD. ”Malah penyakit apa, tipe atau apa gitu,” ujarnya.
Saat demam, hidung wanita yang sedang menunggu kelahiran anak ketiganya ini sempat mengeluarkan darah. Akhirnya pihak keluarga membawanya ke rumah sakit. ”Waktu itu bangun sekitar jam 05.00 WIB. Darah ngucur aja dari hidung. Nggak berhenti. Akhirnya saya dibawa ke Pukesmas Hajimena dan dibawa ke sini (RS DKT, Red),” sebut dia.
Selain Atiah, anak keduanya Ilham, ikut terserang DBD. Bocah delapan tahun itu menyusul sang ibu, dirawat di ruang Cempaka, rumah sakit itu. ”Selang satu hari, anak saya juga sakit. kita sama demamnya. Berobat juga bareng,” ujarnya.
Selain Ilham, ruang perawatan dengan enam ranjang diisi pasien yang terjangkit penyakit sama. Pasien termuda adalah Sela (1), Warga Kalibalok Kencana, Bandarlampung.
”Anak saya dari hari Senin. Jadi sudah empat hari. Tadinya panas, turun naik. Jadi dibawa ke sini. Baru ini yang kena (DBD),” kata Sutarman (43), ayah Sela.
Menurut dia, di daerahnya ada satu warga lain yang terserang DBD. \"Ada anak SMP kemarin yang kena. Dekat rumah. Sudah di-fogging. Tapi cuma di siring aja. Nggak masuk ke rumah,” ucapnya.
Sementara Fatmawati (35), ibu Ajril (1,2), balita penderita DBD lainnya mengatakan, di daerahnya da dua orang meninggal dunia. Diduga terserang DBD. ”Di tempat saya ada dua yang ninggal. Anak-anak,” kata dia. (mel/ais)