RADARLAMPUNG.CO.ID - Salah satu kunci dalam mitigasi bencana nasional adalah generasi muda. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia saat seminar kebencanaan nasional yang diadakan UPT MKG Itera secara daring, Sabtu (10/10).
Kepala BMKG Indonesia Prof Dwikorita Karnawati meminta generasi muda terutama mahasiswa mampu memahami mitigasi kebencanaan, hingga menjadi pelopor tanggap bencana di masyarakat.
“Generasi muda harus berperan handal dalam mitigasi bencana. Generasi muda harus paham apa-apa saja tantangan yang harus dihadapi mengenai kebencanaan yang patut diwaspadai di Indonesia,” ujarnya.
Ia mengatakan, kompleksitas cuaca di Indonesia yang berdampak pada La Nina dan El nino dapat menambah secara masif peningkatan curah hujan di Indonesia yang dapat mengakibatkan bencana. Untuk itu perlu disiapkan generasi muda ini benar-benar handal dalam berperan untuk pengurangan risiko bencana mohon agar para generasi muda memahami apa yang dihadapi di kepulauan Indonesia.
Sehingga, pihaknya berharap generasi muda mau memperdalam ilmu-ilmu yang terkait tentang information communication teknologi sebagai intergrasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang ke arah artificial inteligence dalam mitigasi bencana alam.
“Silakan generasi muda menemukan sistem-sistem yang baru untuk dapat menyelamatkan jiwa manusia,” imbuhnya.
Sementara, Prof Sri Widiyantoro selaku Kepala Pusat Studi Gempa Nasional/PusGEN/ Kelompok Keahlian Geofisika Global, FTTM-ITB menyebut, Indonesia yang memiliki kepulauan yang sangat banyak dan dilalui ring of fire, perlu menjadi dorongan agar generasi muda melakukan studi bencana.
Pusat Studi Gempa Nasional bersama badan terkait juga telah melakukan instalasi 10 Broadband Seismic Stations di Bulan Januari untuk memperkuat jaringan kegempaan di Indonesia bersama 6 Broadband Seismic BMKG yang telah terinstal sebelumnya.
Pemateri lainnya, Kepala Laboratorium Divisi Geoteknik LIPI Dr. Adrin Tohari memaparkan perkembangan mitigasi bencana tanah longsor di Indonesia. Adrin menyebut hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan LIPI sejak 2009 - 2017 teknologi pembangunan bahaya tanah longsor sangat penting karena teknologi inilah yang akan membantu mengurangi risiko.
\"Untuk bisa menetapkan suatu sistem peringatan dini yang efektif, maka kita perlu memahami jenis longsornya, pergerakannya seperti apa, apakah bergerak cepat atau bergerak lambat sehingga nantinya semua data dapat digunakan untuk deteksi dini dan menghasilkan peringatan dini yang efektif,” pungkasnya. (rur/rls/yud)