"Jangan pernah mengecilkan apapun apalagi bila sudah menjadi tradisi," ucap UAH
Menjawab pertanyaan Gus Miftah, UAH menilai rendang mempunyai agama sejak batik, calung hingga angklung berkewarganegaraan.
"Ada pertanyaan sejak kapan rendang itu punya agama, apa jawabannya? Sejak batik, calung, dan angklung punya kewarganegaraan. Paham jawaannya?" tutur UAH.
UAH ibaratkan halnya orang Indonesia akan marah apabila ada budaya asli diklaim oleh negara lain.
"Kalau batik diklaim sama Malaysia mau tidak? Tidak, orang Indonesia akan mengatakan batik itu budaya Indonesia," ujar UAH.
"Sudah melekat. Calung, angklung itu budaya Indonesia melekat ke Indonesiaannya, maka dari itu tidak ingin diklaim oleh negara-negara lain," tambahnya.
Menurut UAH, pertanyaan Gus Miftah soal rendang punya agama atau tidak merupakan suatu pertanyaan yang tidak memiliki arti.
"Pertanyaannya sejak kapan batik punya kewarganegaraan? Kan sama saja. Artinya itu pertanyaan yang tidak berfaedah, kenapa? karena itu (rendang) sudah menjadi budaya yang melekat," paparnya
Sebelumnya Gus Miftah, menyebut rendang tidak mempunyai agama jadi jangan terlalu dalam menyikapinya hingga merugikan orang atau agama lain
Gus Miftah kemudian membacakan potongan surat Al-Baqarah ayat ke-168 tentang makanan halal di bumi.
Hal tersebut disampaikan oleh Gus Miftah lewat postingan di akun Instagram pribadinya pada Senin, 13 Juni 2022.
"Assalamualaikum, Allah SWT berfirman di dalam surat Al-Baqarah 168: Yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw," jelas Gus Miftah.
"Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di muka bumi," tambahnya.
Ia juga tidak mempermasalahkan umat non-muslim mau makan makanan halal atau haram, yang terpenting sebagai muslim yang taat cukup menjauhi itu.
"Kewajiban makan makanan halal kan hanya untuk orang Islam ya, kalau non-islam? Ya terserah mau makan apa," tuturnya.
Selain itu Gus Miftah juga tidak mempermasalahkan tata cara mengolah makanan