YEREMIA Lalisang tak akan pernah lupa pada pepatah klasik di buku bahasa Mandarin yang dipelajarinya ketika masih menempuh studi doktoral di Xiamen University, Tiongkok. Bunyinya "入乡随俗" (rù xiāng suí sú).
Arti peribahasa yang berasal dari kitab Zhuangzi (庄子) itu sama persis dengan peribahasa Indonesia. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Peribahasa ini mengajarkan kita untuk selalu mengikuti adat istiadat di mana tempat kita tinggal.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Ricky Suharlim Founder Reiki dan Lingchi, Yi Shen Zuo Ze
"Menempatkan diri dalam keunikan lokal berarti menghargai kearifan budaya, berarti siap hidup dalam keragaman," terang Yeremia Lalisang .
Tidak hanya dalam bermasyarakat. Dalam mengkaji suatu permasalahan juga harus begitu.
Saat meneliti Tiongkok, misalnya, Yeremia yang alumnus Nanyang Technological University, Singapura ini berusaha untuk terjun langsung ke objek penelitian.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Rektor Ubaya Benny Lianto, Yi Shi Tong Ren
Tujuannya agar bisa melihat lebih jernih dan menyeluruh, bahkan sampai ke jeroannya. Tidak tendensius dan bermodal katanya-katanya. Namun berdasar data-data tangan pertama.
Sebab, sebagaimana ditegaskan W. Edwards Deming, "In God we trust, all others must bring data."
Tidak salah jika Ban Gu 班固 (32-92) dalam mahakarya historisnya, Han Shu (汉书), menyatakan, "百闻不如一见" (bǎi wén bù rú yī jiàn). Mendengar seratus kali, keabsahannya kalah dengan menyaksikan sendiri meski cuma sekali.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Ketua Umum Eka Tipta Foundation Hong Tjhin, Di Shui Cheng He, Li Mi Cheng Luo
Yeremia yang merupakan dosen sekaligus sekretaris Departemen Ilmu Internasional, FISIP, UI mungkin tengah mengamalkan apa yang Konfusius sarankan dalam kitab Liji (礼记), "设身处地" (shè shēn chǔ dì). Memosisikan sebagai orang lain yang mengalami. Atau dalam ilmu sosiologi sebut sebagai perspective-taking.
Tidak heran jika objektivitas kajian Yeremia tentang Tiongkok mendapat apresiasi yang tinggi dari dalam dan luar negeri.
Di usianya yang masih muda, ia telah kerap diundang sebagai pembicara dalam simposium internasional bersama sinolog kawakan dunia. Kita patut berbangga. (*)