Keberagaman pada hakekatnya negeri Indonesia punya adab dan adat istiadat.
BACA JUGA:Bobol Rumah saat Korban Tertidur Pulas, Uang Hasil Curian untuk Beli Topi
"Tapi kita disatukan dalam bingkai ideologi Pancasila. Yang pasti negara ini negara yang berbeda, tapi yang perlu saya ingatkan saat kemerdekaan kita bisa mengatur mengedepankan anak bangsa, budaya bangsa, adat, nilai-nilai yang dijunjung agama, adat dan istiadat yang membedakan dengan negara lain mengedepankan budaya kita dan sopan santun dan negara luar memandangnya seperti itu," ujarnya.
Oleh karena itu, perbedaan dalam memperjuangkan sesuatu hal--selama itu positif dan tidak bertentangan dengan peraturan serta norma--itu adalah hal yang demokratis.
Tetapi jika memaksakan pendapat kita untuk diikuti orang banyak yang bertentangan dengan kehidupan dan nilai bangsa, berarti itu sudah menimdas.
"Silakan mahasiswa bersikap. Karena di pundak ada label kaum intelektual dan kaum terpelajar. Dimana negara akan dibawa ke depan. Jika pendapatnya dibawa secara anarkis tanpa kajian intelektual berarti bisa dikatakan kelompok terbelakang dan melanggar hak hakiki kepada anak negeri," jelas alumni FKIP Unila ini.
BACA JUGA:Lepas Rombongan Ziarah Makam, Bupati Harapkan Peserta Mengenal Perjuangan dan Perjalanan Ulama
"Dan tanpa disadari kita telah mendeklarasikan Unila adalah kampus merdeka yang tidak membedakan status sosial, adat, agama, dan asal keberadaan. Unila harus bangkit, tidak boleh tertinggal baik dari PTN dan PTS lainnya," pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPR RI Taufik Basari menyatakan, Pancasila adalah dasar negara, panduan hidup, sekaligus pemersatu bangsa.
"Pancasila diharapkan benar-benar hidup, bukan hanya sekadar dihafal tapi menjadikan Pancasila sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Seperti dalam bermain dengan semangat Pancasila, menerima semua perbedaan teman adat, agama, dan ras," jelasnya.
Dalam rumusan awal Pancasila berasal dari Bung Karno 1 Juni, di dalamnya terdapat perasan pemikiran yang dituangkan.
"Jadi kita harus memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pendiri bangsa terhadap perjuangannya dan tugas kita untuk melanjutkan perjuangannya. Oleh karenanya kita tidak boleh melupakan sejarah, belajar dari peristiwa kelam yang juga dialami oleh bangsa Indonesia," tandas Taufik Basari. (*)