Simak! Ternyata Belut Jadi Alat Pembayaran Paling Berharga di Abad Pertengahan

Senin 21-11-2022,18:23 WIB
Reporter : Ajeng Monika Selis
Editor : Yuda Pranata

RADARLAMPUNG.CO.ID –Sistem barter atau tukar barang memang sudah berlaku sekitar abad ke-5 hingga abad ke-15, di mana saat itu koin masih tidak sebanyak zaman sekarang hingga mengharuskan transaksi dengan cara barter.

Dikutip Radarlampung.co.id dari laman informasi History Extra pada Senin, 21 November 2022.

Siapa yang menyangka jika ada satu bentuk pembayaran unik yang menonjol pada masa itu dan mungkin akan dianggap aneh oleh masyarakat zaman sekarang.

Pada akhir abad ke-11, belut secara populer digunakan sebagai alat pembayaran dengan catatan lebih dari 540 ribu transaksi pembayaran menggunakan belut.

BACA JUGA:Aparat Pekon Protes, Jalinbar Berlubang di Pesisir Barat Ditanami Pisang

Beruntung saat itu hewan melata tersebut memang masih ditemukan berlimpah di seluruh Inggris, hidup di lautan, sungai, hingga rawa-rawa.

Metode pembayaran dengan belut pada abad ke-11 di Inggris ternyata menjadikan belut komoditas paling berharga pada masa itu.

Banyak orang disebutkan mengonsumsi lebih banyak belut dari pada ikan air tawar atau laut dalam jumlah besar, dan bisa ditemukan dalam berbagai menu makanan mulai dari pai hingga belut jeli.

Para biksu Ramsey disebut harus membayar lebih dari 70 ribu belut setiap tahunnya dari para penyewa, dan beberapa dari itu digunakan untuk membayar barang-barang yang dibutuhkan biara.

BACA JUGA:Jadwal Lengkap Babak Penyisihan Grup Piala Dunia 2022 Qatar

Bukan hanya kalangan bawah, bahkan tuan tanah pun mengumpulkan belut bukan hanya untuk dimakan tapi juga digunakan untuk membayar hutang.

Dalam praktiknya, masyarakat Inggris pada saat itu tidak menggunakan belut hidup atau belut mati yang masih mentah melainkan belut yang diawetkan sehingga lebih mudah diangkut dan disimpan.

Belut yang ditangkap biasanya adalah belut musim gugur saat mereka bermigrasi ke laut, agar bisa bertahan lama selama berbulan-bulan dengan cara diasap, diasinkan atau dikeringkan.

Caranya dengan menusukkan belut pada semacam tongkat, dan dililitkan seperti sate, karena isa membuat belut lebih mudah diangkut dan digunakan sebagai alat pembayaran.

BACA JUGA:Tiga Terdakwa Pembunuh Brigadir Yoshua Kembali Jalani Sidang Hari Ini

Kategori :