Perjanjian pinjaman antara Kementerian Keuangan dengan ADB. Jadi yang menjadi penjamin pemerintah.
Diberitakan sebelumnya, pembangunan fisik RSPTN Unila berlanjut pada 2022. Ini menunggu izin mendirikan bangunan (IMB) disetujui.
Wakil Rektor IV Unila Prof. Suharso menyatakan, pembangunan dilaksanakan setelah seluruh proses perizinan dan kesepakatan pendanaan ditandatangani.
"Pembangunan konstruksi jika penandatanganan kontrak dilakukan tahun ini. Konstruksi pertama sudah selesai. Dilanjutkan dengan pengisian alat rumah sakit. Mudah-mudahan tahun 2027 sudah beroperasi," kata Suharso, Selasa 7 Desember 2021.
BACA JUGA: Unila Gelar Rapat Peninjauan Proyek Pembangunan RSP
Prof. Suharso mengungkapkan, RSPTN Unila akan menjadi pusat pelayanan kesehatan dan riset.
"Pusat pelayanan kesehatan dan juga IRC (Integrated Research Center) untuk mendukung pengembangan riset kita ke depan," sebut dia.
IRC ini juga didukung dengan laboratorium yang didanai Asian Development Bank (ADB). Sekaligus dengan peralatan didalamnya.
Sementara perwakilan ADB Sutarum Wiriono mengatakan, pendanaan Rp 600 miliar sudah termasuk capacity building untuk pelatihan dosen dan lainnya.
BACA JUGA: Tujuh Kandidat Bakal Calon Rektor Unila Jalani Tes Kejiwaan
"Saat ini dana Rp 600 miliar tersebut sedang dalam tahapan penandatanganan antara Pemerintah Indonesia dan ADB,” ujarnya.
Kemudian, direncanakan capacity building pada Januari 2022.
Dilanjutkan lelang tender konstruksi Mei-Juni. Di samping itu, ada dana hibah dari Korea untuk pelatihan dosen dengan profesor dari negara itu. (*)