"Lagi pula, jika seorang Raja mengeluarkan titah, maka secara otomatis tidak boleh dicabut. Jika itu dilakukan, ibarat menjilat air liur sendiri, karena itulah tanda-tanda pengecut," tambah Abu Nawas.
BACA JUGA:Ditemukan Bekas Pakai Sabu, Oknum Lurah di Lampura Digelandang Polisi
"Oleh karena itu, sebelum bertindak, haruslah dipikirkan dengan matang. Dapat diibaratkan dengan seorang lelaki yang akan melahirkan. Dan dengan kedatangan baginda ke sini, berarti aku sudah melahirkan. Yang hamba maksudkan dengan melahirkan adalah hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada baginda Raja," jelas Abu Nawas lagi.
Setelah mendengar penjelasan yang panjang dari Abu Nawas, Raja tersenyum sambil berkata, "Begini Abu Nawas, ketika aku melarangmu datang ke istana, itu hanya bercanda belaka. Besok datanglah ke istana, aku ingin berbicara denganmu."
"Di istana memang banyak menteri, tetapi tak ada yang seperti dirimu. Selama engkau tidak hadir di istana, aku merasa tak ada yang bisa menghiburku seperti Abu Nawas," jelas Raja.
Abu Nawas dengan senang hati menjawab, "Hamba akan datang dengan sukacita ke istana esok pagi, Wahai yang Mulia."
BACA JUGA:Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung Wisuda 304 Mahasiswa
Setelah itu, Raja menggelengkan kepalanya sambil berpamitan meninggalkan rumah Abu Nawas.
Dalam perjalanan pulang, Raja merasa heran dan tertawa melihat tingkah laku kocak Abu Nawas. Raja dalam hatinya berkata, "Abu Nawas, kamu memang selalu ada-ada saja." (*)