Johanes juga bahkan berhasil mempelajari bahasa yang digunakan oleh Suku Korowai sehari-hari.
Setelah kontak pertama itulah, baru kemudian dunia luar secara perlahan melakukan hubungan komunikasi dengan Suku Korowai.
Beberapa infrastruktur bahkan seperti Sekolah Dasar juga dibangun oleh pemerintah yang bertujuan mempermudah Suku Korowai beradaptasi dengan peradaban dunia luar.
Satu dari sekian ciri khas yang sangat dikena dari Suku Korowai adaah rumah pohon yang dijadikan untuk tempat tinggal.
BACA JUGA:Heboh! Kejari Geledah Kantor Inspektorat Lampura
Namun perlu diketahui, bahwa Suku Korowai tidak sembarangan dalam memilih sebuah pohon untuk dijadikan tempat tinggal.
Suku Korowai akan memilih pohon-pohon tertentu yang besar serta memiliki batang yang kokoh sebagai fondasi rumah mereka nantinya.
Dimana, dari pohon yang telah dipilih itu oleh Suku Korowai akan dipangkas dibagian atas atau pucuknya yang akan dijadikan rumah.
Suku Korowai sangat memperhatikan bahan dalam pembuatan rumah yang ada di atas pohon tersebut, bahan yang dipilih adalah bahan alami.
BACA JUGA:10 Universitas Terbaik di Indonesia, Bisa Jadi Rujukan Kuliah
Mereka akan menggunakan batang-batang kayu untuk kerangka, sementara bagian lantai akan menggunakan cabang pohon.
Kemudian untuk dinding sendiri mereka akan menggunakan dedaunan dari pohon-pohon di hutan serta daun pohon sagu.
Dalam membangun rumah di atas pohon, semua bahan itu akan diikat menggunakan ranting atau akar yang kuat sebagai alat perekat.
Bagi Suku Korowai, setiap pembuatan satu unit rumah pohon proses pembuatannya akan memakan waktu sekitar 7 hari.
BACA JUGA:Kasus Dugaan Korupsi Kontainer Sampah DLH Bandar Lampung Rugikan Rp 400 Juta
Meski dibuat dari bahan alam yang ada, namun jangan salah. Rumah pohon yang dibuat oleh Suku Korowai sangat kuat dan tahan terhadap cuasa serta kondisi lingkungan sekitar.