Hal ini sebenarnya menjadi dilema bagi Larry, karena disatu sisi Larry butuh dana segar dari investor.
BACA JUGA:Kekeringan Sungai Efrat dan Kaitannya dengan Tanda-Tanda Kiamat
Namun disisi lain dia juga tidak rela untuk melepaskan jabatan CEO, karena sifat dasarnya yang suka mengontrol semuanya sendiri.
Meski begitu pada akhirnya Larry memutuskan untuk menyetujui syarat dari investor tersebut.
Para investor memang melihat Larry belum cukup berpengalaman untuk memimpin Google.
Sehingga Google dianggap membutuhkan nahkoda lain yang bisa membawanya ke tingkatan yang lebih besar lagi.
BACA JUGA:Siap-Siap! Ini 7 Jabatan Eselon II Lampura Dilelang
Ada sebuah cerita yang menarik pada tahun 2001 silam, yang mana Larry memecat semua Project Manager di Google.
Pemecatan dilakukan karena dia merasa kalau Enginer tidak boleh disupervisi oleh orang yang tidak mengerti hal teknis.
Keputusannya ini tentu saja menjadi hal yang gegabah, karena tidak lama kemudian muncul masalah baru yang berujung banyak proyek yang berantakan.
Sehingga Larry harus dipaksa mundur dari jabatan dari ide cemerlangnya.
BACA JUGA:Daftar Dokter Spesialis Anak, Jadwal dan Lokasi Praktik di Bandar Lampung
Kejadian itu lantas membuat Larry menjadi lebih dewasa dan menyadari kekuatan dan kelemahannya.
Larry pun akhirnya mampu membuktikan dirinya dan kembali lagi menjadi CEO Google dengan semangat dan Ambisi yang baru.
Google terus bertumbuh dan pada akhirnya tahun 2019, Larry memutuskan jika sudah saatnya untuk mempercayakan Google kepada orang lain.
Namun ada pelajaran menarik yang bisa diambil, yaitu jika Larry Page tidak dipaksa mundur dari jabatannya.