Pimpinan operasi Letkol Untung Syamsuri, Brigjend Suparjo hingga Syam Kamaruzzaman berhasil ditangkap.
Operasi penangkapan juga menyasar petinggi PKI. Salah satunya adalah Ketua Politbiro CC PKI DN Aidit.
Penangkapan pentolan PKI itu dipercayakan Pangkostrad Mayjen Soeharto kepada Kolonel Yasir Hadibroto.
Yasir segera bergerak ke Jawa Tengah bersama pasukannya melakukan penyisiran. Pada 22 November 1965, DN Aidit berhasil ditangkap.
Aidit disergap pasukan dibawah komando Letnan Ning Prayitno di daerah kampung Sambeng Solo Jawa Tengah.
Dalam buku Julius Pour berjudul Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan dan Petualang Yasir mengungkap nasib DN Aidit yang tertangkap itu.
Mobil yang ditumpangi Yasir bersama DN Aidit berbelok saat melintas di Batalyon Infantri 444.
Yasir kemudian mencari sumur dan membawa Aidit ke dekat sumur tersebut. Dalam penuturannya Yasir menembak Aidit karena dirinya diminta Aidit.
“Sebagai prajurit yang patuh dan penurut, langsung memenuhi permintaannya. Karena minta ditembak, ya saya kasih tembakan,” kata Yasir.
Yasir kemudian melapor kepada Soeharto bahwa Aidit telah dibereskan. Soeharto yang menerima laporan itu menyatakan dirinya akan bertanggungjawab atas aksi Yasir.
BACA JUGA:Kenali! Tahapan Lengkap Kartu Prakerja Gelombang 62
Selepas G 30 S karir Yasir Hadibroto makin moncer.
Yasir pernah dipercaya memegang jabatan Panglima Komando Tempur II Kostrad. Dirinya juga pernah menjadi Panglima Kodam Bukit Barisan dan Panglima Kodam Diponegoro.
Hingga pada tahun 1978, Yasir Hadibroto diangkat menjadi Gubernur Lampung ke-4 menggantikan R Sutiyoso. Dirinya memegang jabatan Gubernur Lampung hingga tahun 1988. Dia digantikan oleh Poedjono Pranyoto.