Tugas berikut sang ayah adalah: memimpin Pelni cabang Kalabahi.
Waktu itu Kalabahi kota pelabuhan yang penting: punya sumber air tawar yang melimpah.
Kapal-kapal besar (untuk ukuran zaman itu) senang mampir di Kalabahi: isi air. Pun kapal yang menuju Australia.
Sumber air itu muncul di atas bukit. Bukitnya dekat pelabuhan. Tinggal pasang bambu. Dari bukit air bisa langsung ke kapal.
Sang ayah melakukan perubahan: bikin tandon air. Besar sekali. Di antara sumber air dan pelabuhan.
Dari pipa bambu, air ditampung dulu di kolam itu. Lalu dipasang pipa besar. Pipa besi.
Dengan demikian bisa mengisi air ke kapal dalam hitungan jam.
"Sebelum itu kapal harus berhenti di Kalabahi tiga hari. Pipa bambu kan kecil," katanya.
Waktu kecil Adharta melihat semua itu. Ia juga sering mendaki bukit dan gunung Alor.
Bersama anak-anak di sana. Termasuk Hasan Ashari Oramahi. Anda sudah tahu tokoh itu: penyiar legendaris RRI, TVRI, sampai BBC.
Oramahi adalah sepupu Adharta: sang engkong punya dua istri.
Yang satu wanita Tionghoa, satu orang lagi asli Alor. Lahirlah ayah Hasan Ashari Oramahi.
"Alam Alor itu indah. Bergunung. Berbukit. Tanahnya subur," katanya.
Kemiri terbaik dari sana. kemirinya tiga kali lebih besar dari daerah lain. Kenari. Pala.
Dan yang ia selalu banggakan adalah: mangga kelapa.
Ia selalu minta kiriman mangga kelapa dari Alor. Ukurannya sebesar kelapa.