Itu saja pasti sudah kenjengkelkannya. Apalagi duduknya untuk mendengarkan tuduhan yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan-perusahaannya di New York.
Kalau hanya mendengarkan mungkin masih tahan.
Ia juga harus satu ruangan dengan orang yang amat ia benci: Letitia James.
Berkulit hitam. Wanita. Sudah tidak muda. Demokrat. Dia jaksa yang menggugatnya.
Trump dilaporkan terus melengos dari wajah dan sosok Letitia.
Trump juga harus satu ruangan dengan hakim yang terkenal ''maunya sendiri'': Arthur Engoron. Kulit putih tapi Demokrat. Bikin heboh.
Sidang pengadilan belum dimulai Engoron sudah memutuskan: Trump, anak sulungnya, perusahaannya yang di New York, melakukan kejahatan perusahaan. Bertahun-tahun.
Bisa dijatuhi hukuman yang setara dengan hukuman mati di perkara pidana: perusahaan harus ditutup dan Trump dilarang berbisnis di negara bagian New York.
Berarti kali ini Trump tidak boleh lengah. Itulah sebabnya ia hadir sendiri di pengadilan.
Di ratusan perkara perdata sebelumnya Trump hanya diwakili pengacara. Apalagi dari ratusan perkara itu justru Trump yang menggugat.
Kali ini Trump yang digugat. Ia memang harus datang. Hakim yang mengharuskannya.
Tapi Senin kemarin ia belum dapat giliran bicara: sebagai tergugat. Atau saksi.
Sidang ini akan berlangsung sekitar 3 bulan. Betapa berat bagi Trump terlibat urusan hukum seperti ini. Tapi Amerika negara hukum.
Trump mendengarkan dengan geram jalannya adu argumen antara pengacaranya, Alina Habba dengan jaksa anak buah Letitia James.
Yang dipersoalkan adalah laporan keuangan perusahaan Trump yang dianggap mengandung permainan.
Bagi umum sidang ini akan sangat membosankan. Dari angka ke angka.