Di sisi lain, menurut Junanto Herdiawan, ada beberapa komoditas yang mengalami deflasi, antara lain tomat, bawang putih, bawang merah, kacang panjang, dan cumi-cumi.
Andil masing-masing komoditas tersebut sebesar -0,08 persen, -0,04 persen, -0,03 persen, -0,03 persen, dan -0,02 persen.
Penurunan harga komoditas tersebut disebabkan oleh melimpahnya pasokan pada periode panen di beberapa sentra produksi di tengah permintaan yang stabil dan kenaikan kuota impor khusus bawang putih menjelang HBKN Ramadhan.
Kedepan, lanjut Junanto Herdiawan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK gabungan empat kabupaten /kota di Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1% (yoy) sampai dengan akhir tahun 2024.
BACA JUGA:Praktik Prostitusi Diduga (Masih) Tumbuh Subur di 'Pemandangan', Pemkot Bandar Lampung Buka Suara
Namun, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa potensi kenaikan permintaan agregat yang didorong oleh kenaikan UMP tahun 2024 serta berlanjutnya penyaluran bansos; berlanjutnya ketidakpastian global berpotensi mendorong peningkatan harga emas dunia.
Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID akan terus berupaya menjaga stabilitas harga.
Adapun strategi 4K yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Keterjangkauan Harga
a. Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara kontinyu hingga harga kembali turun sampai dengan HET.
b. Melakukan monitoring harga dan pasokan pada komoditas-komoditas tertentu sbb:
1. Komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya: beras, telur ayam, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, dan gula pasir.
2. Komoditas yang relatif terjaga, namun masih memiliki risiko kenaikan harga: bawang putih dan daging ayam.
2. Ketersediaan Pasokan
a. Memperkuat dan memperluas Kerjasama Antar Daerah (KAD) Intra Provinsi Lampung, utamanya untuk komoditas yang sering bergejolak di Kota IHK.