"Di DBL itu seringkali mental itu lebih berpengaruh dibanding skill. Sebab kadang kita bermain di hadapan banyak penonton. Menghadapi tekanan yang luar biasa. Nah, mentalnya tidak kuat, pasti tidak bisa mengeluarkan semua skill atau kemampuannya," ujar polisi yang baru saja naik pangkat menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) itu.
Bagi Nahal Rizaq, kenangan yang paling susah dilupakan dari DBL adalah euforianya. Juga vibes-nya. "Rasanya saya tak menemukan lagi yang seperti itu. Dari DBL itu kami harus belajar kebersamaan dan berjuang bersama-sama," kenangnya.
Nahal Rizaq masih ingat betul bagaimana setiap menjelang DBL, ia dan kawan-kawannya harus digembleng dengan latihan yang intens untuk bisa mengalahkan lawan-lawannya.
"Lawan terberat waktu itu adalah SMAN 14. Tapi waktu di kelas dua, lawan kuatnya SMAN 1. Alhamdulillah kami bisa mengatasi semuanya," ceritanya.
BACA JUGA:Realisasi Penyaluran LPG 3 Kg Hingga Juni 2024 Capai 108.034 MT
Dari basket, Nahal Rizaq banyak ilmu kehidupan yang didapat Nahal. "Sebagai olahraga tim, dari basket saya belajar bagaimana menempatkan diri. Kapan menjadi dominan, kapan harus bisa dipimpin, kapan harus menekan, dan sebagainya," terang anak bungsu dari enam bersaudara itu.
Nahal sejak kecil memang sudah hobi basket bahkan sejak SD. Nahal kecil aktif bermain basket. Kakak-kakaknya yang membawa pengaruh positif itu.
"Abang-abang saya suka basket semua. Bahkan Abang saya yang nomor dua itu menjadi pelatih basket di sebuah SMP," ceritanya. Sejak SD bahkan ia sudah sering berlatih basket bareng anak-anak SMP.
Namun Nahal ketika itu juga tak punya kepikiran ingin menjadi pemain basket profesional. Bahkan, lucunya, ia sejak kecil juga tidak pernah punya cita-cita menjadi polisi.
BACA JUGA:Terkait Bahaya Judi Online Pemkab Mesuji Lampung Beri Warning kepada Ribuan ASN
"Dulu pas kecil cita-cita saya itu yang penting tidak jadi polisi dan tidak jadi dokter. Sebab itu terlalu umum. Saya tidak ingin punya cita-cita seperti anak-anak lain," kenangnya.
Nahal bersyukur dari basket ia banyak punya pengalaman berharga. Salah satunya saat terpilih masuk First Team, menjadi MVP, dan berkesempatan menimba ilmu di DBL Camp -yang ketika itu digelar di Surabaya, Jawa Timur.
Di Surabaya Nahal Rizaq sempat kagum melihat DBL Arena. "Itu adalah lapangan basket terbaik yang pernah lihat saat itu. Ya kan saya datang dari Lampung. Selama ini belum pernah bermain di stadion indoor seperti itu," kagumnya.
Ia juga merasa dapat ilmu berharga dari para pelatih kaliber yang didatangkan DBL Indonesia dari WBA Australia. Apalagi saat itu juga DBL ada program kerjasama dengan NBA. Nahal masih ingat di DBL Camp kala itu ada coaching clinic dari para pemain profesional.
BACA JUGA:Fix! PKB-Nasdem Usung Ela di Pilkada Lampung Timur
"Yang tak bisa dilupakan juga di DBL Camp waktu itu bisa ketemu banyak teman dari seluruh Indonesia. Sampai sekarang saya ada yang masih kontak-kontakan," ujar Nahal.