Lanjut Ganjar Jationo, dengan kekayaan alam Lampung dan budaya yang melimpah, menjadikan Provinsi Lampung sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warisan Jalur Rempah tersebut.
"Keberadaan KRI Dewaruci dan Laskar Rempah di perairan Lampung hari ini tidak hanya sebagai tonggak perjalanan fisik, tetapi juga sebagai simbolik dari hubungan abadi antara laut, rempah-rempah, dan peradaban kita," ungkapnya.
"Zona-zona ekonomi yang tersebar dari Sabang hingga Merauke merupakan simpul-simpul ekonomi yang menandai pijakan sejarah perjalanan peradaban maritim bangsa Indonesia," tuturnya.
"Untuk itu sudah selayaknya kita mengenang semua itu untuk memantapkan nilai-nilai kebangsaan kita, nilai-nilai bangsa kita sebagai bangsa bahari, sebagai bangsa maritim," sambungnya.
BACA JUGA:Kebakaran di Seranggas Lampung Barat Hanguskan Satu Rumah dan Kontarakan
Sementara, Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), diwakili Pamong Budaya Ahli Utama Siswanto menyampaikan bahwa pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah ini merupakan bukti dari konektivitas budaya melalui komoditi rempah di selat Malaka di masa lalu.
Siswanto mengajak semua pihak untuk bersama-sama bersinergi dalam upaya mempertahankan kejayaan jalur rempah di Indonesia.
"Kita akan mengadakan suatu koordinasi bagaimana kejayaan jalur rempah di Indonesia di Nusantara ini kemudian menjadi warisan dunia," ujarnya.
Diketahui, pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah dengan menggunakan KRI Dewaruci dikomandoi oleh Letkol Laut (P) Rhony Lutviadhani.
BACA JUGA:Apresiasi Pelanggan, Sharp Kembali Gelar Gathering dan Festival Matsuri Lampung
Adapun rute perjalanannya, yaitu Jakarta – Belitung Timur-Dumai & Siak-Sabang & Aceh-Malaka-Tanjung Uban-Lampung-Jakarta yang mulai berlayar pada 7 Juni 2024.(*)