JAKARTA, RADARLAMPUNG.CO.ID – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus berkomitmen untuk mendorong praktik ekonomi sirkular di Indonesia.
Sebagai bagian dari besaran program Zero Waste to Landfill, BRI mengajak masyarakat berperan aktif untuk mengurangi volume sampah melalui Gerakan BRI Peduli Yok Kita GAS (Gerakan Anti Sampah).
Bentuk implementasi yang dilakukan adalah dengan membangun bank sampah atau TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu).
Melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan berbagai pihak terkait, BRI berupaya memperluas jaringan bank sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
BACA JUGA:Detik-detik Jelang Pendaftaran Cakada, Elite PDIP Lampung Bocorkan Nasib Umar Ahmad
BACA JUGA:Respon Golkar Usung Mirza-Jihan, Sutono: PDIP Berlayar!
Ditempatkan di wilayah sekitar wilayah operasional BRI, tujuannya untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah secara mandiri.
Sejak digulirkan pada tahun 2021, program BRI Peduli Yok Kita Gas telah dilaksanakan di puluhan lokasi di Indonesia yang terdiri dari pasar tradisional dan lingkungan masyarakat secara umum.
Program ini membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pemilahan sampah, pelatihan tata kelola dan penguatan kelembagaan, pelatihan literasi keuangan, dan pelatihan manajemen bisnis bank sampah.
BRI juga telah mengadopsi pendekatan yang inovatif dalam pengelolaan sampah dengan menyediakan fasilitas modern seperti mesin pencacah sampah organik dan bak maggot komunal.
BACA JUGA:Kejaksaan Negeri Lampung Tengah Bersama BPJS Kesehatan Panggil 28 Badan Usaha Tidak Patuh
BACA JUGA:Daftar Instansi yang Sepi Peminat Pada Pendaftaran CPNS 2024, Ini Rinciannya
Melalui inovasi ini, masyarakat dapat mengolah sampah organik menjadi produk yang bernilai seperti pupuk kompos atau pakan ternak.
Hasilnya, di tahun 2023 dengan program Yok Kita GAS di pasar tradisional telah terkumpul 6 ton sampah organik dan 8 ton sampah anorganik dengan jumlah maggot terjual sebanyak 72 kg.
Program ini berhasil mengubah paradigma masyarakat tentang sampah menjadi aset bernilai ekonomis dengan meningkatnya jumlah nasabah bank sampah menjadi 260 anggota.