BEM Unila: Undangan Terbuka untuk Presiden Prabowo Subianto Untuk Berdialog Dengan Mahasiswa Lampung
Ketua BEM Universitas Lampung,M. Ammar Fauzan. Foto Dok.Pribadi--
Jika Presiden sungguh ingin mendengarkan suara generasi muda, maka kampus adalah tempat terbaik untuk itu. Kami ingin berbicara bukan sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek yang memiliki data, gagasan, dan kepedulian terhadap masa depan bangsa.
Kunjungan Presiden ke Lampung, jika hanya berhenti pada agenda protokoler, akan kehilangan maknanya di mata rakyat.
Sebaliknya, jika beliau berani hadir di Universitas Lampung, mendengarkan aspirasi mahasiswa secara langsung tanpa penyaringan dan tanpa sensor, maka itulah wujud keberanian moral seorang pemimpin.
Kami siap menyajikan data dan hasil riset terkait kondisi ketimpangan sosial ekonomi, potret kemiskinan, serta problem korupsi dan tata kelola pemerintahan daerah yang masih jauh dari prinsip good governance.
Kami percaya, Lampung adalah miniatur Indonesia. Apa yang terjadi di Lampung hari ini mencerminkan kondisi bangsa secara luas: penguasaan lahan oleh segelintir elit, lemahnya akses pendidikan bagi masyarakat miskin, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap institusi negara.
Oleh karena itu, kami berharap Presiden tidak memandang undangan ini sebagai ajakan konfrontatif, tetapi sebagai bentuk cinta dan tanggung jawab moral mahasiswa terhadap bangsa.
Kritik kami bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk membangkitkan kesadaran publik akan pentingnya arah pembangunan yang berkeadilan.
Kami juga menegaskan bahwa ruang kampus bukanlah ancaman bagi kekuasaan, melainkan tempat subur bagi lahirnya solusi.
Dialog antara pemimpin negara dan mahasiswa seharusnya menjadi tradisi demokrasi, bukan sesuatu yang dihindari. Karena dari kampuslah lahir gagasan, gerakan, dan kepemimpinan masa depan yang berakar pada nilai kejujuran dan keadilan sosial.
Presiden harus membuka telinganya, bukan hanya kepada elite politik dan birokrat, tetapi juga kepada mahasiswa yang setiap hari berhadapan dengan realitas sosial di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan ini, kami juga menyampaikan bahwa BEM Unila siap menggelar forum terbuka yang menjamin suasana kondusif, dialogis, dan berbasis data. Kami tidak ingin sekadar berteriak di jalan, kami ingin berdiskusi di ruang intelektual yang setara tempat di mana Presiden bisa menjawab langsung pertanyaan mahasiswa dan mendengar dengan jujur kegelisahan kami tentang masa depan bangsa. Karena kejujuran politik bermula dari keberanian mendengarkan suara rakyat yang paling jujur: suara mahasiswa.
Kami tidak menuntut banyak, hanya kehadiran dan keberanian moral Presiden untuk hadir dan mendengar. Sebab bagi kami, kepemimpinan sejati tidak diukur dari seberapa banyak proyek yang diresmikan, tetapi dari seberapa dalam seorang pemimpin mau menundukkan kepala di hadapan kebenaran dan suara rakyatnya.
Undangan ini kami tujukan dengan hormat, dengan keyakinan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang pemimpinnya mau berdialog, bukan bersembunyi di balik protokol.
Akhirnya, kami menyerukan kepada seluruh mahasiswa, civitas akademika, dan masyarakat Lampung untuk tetap kritis, rasional, dan berani bersuara. Karena perubahan tidak datang dari diam dan tunduk, melainkan dari keberanian untuk berbicara dan memperjuangkan keadilan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
