AEKI Lampung-Pemda Investigasi Impor Kopi

AEKI Lampung-Pemda Investigasi Impor Kopi

Radarlampung.co.id Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung menyatakan akan melakukan investigasi terkait masalah impor kopi yang masuk ke Lampung. Bahkan AEKI telah melakukan audiensi ke PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Lampung dan mendapatkan informasi bahwa impor kopi yang masuk ke Lampung telah mencapai 8.000 ton dari negara Vietnam.

\"Namun kita belum bisa memberi tahukan nama perusahaannya, karena AEKI bersama pemerintah daerah akan melakukan investigasi terlebih dulu,\" kata Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, Juprius kepada Radarlampung.co.id, Kamis (25/7).

Dia melanjutkan, investigasi dilakukan untuk mengetahui kualitas kopi yang masuk ke Lampung. Sebab ada dugaan kopi-kopi tersebut di impor masuk ke Lampung untuk kemudian di mix dengan kopi robusta Lampung dan dijual kembali dengan harga yang lebih mahal.

\"Kita mau tahu fisik kopinya seperti apa. Jangan sampai itu kopi (impor, Red) yang tidak diterima di negara lain. Karena kita kan punya standar kopi nasional. Itu perlu diselidiki, kita bisa uji lab kalau dari Sucofindo atau PSMB (Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang),\" tambahnya.

Adanya impor kopi tersebut, sambung dia, akan memberikan dampak buruk kepada petani kopi di Lampung. Salah satunya penurunan harga kopi. Terlebih, selama ini suply kopi robusta yang terbatas maka harga yang diberikan pun meningkat. Namun dengan adanya impor, maka suply kopi tersebut akan berlebih dan mengakibatkan harga kopi jatuh.

\"Dugaan kami, karena produk ini (kopi Vietnam, Red) harganya rendah di luar negeri maka di impor kita untuk di mix dan kemudian di ekspor kembali dengan harga yang lebih tinggi. Pada intinya ini akan menguntungkan satu pihak dan akan merugikan petani kopi Lampung juga pemerintah daerah,\" katanya.

Sebab, lanjut dia, kopi robusta Lampung sudah dikenal sampai ke luar negeri. Bila di oplos dengan kopi Vietnam, maka dikhawatirkan akan merusak cita rasa kopi robusta Lampung itu sendiri. Dibandingkan dari segi kualitas, Juprius mengatakan, kopi robusta Lampung jauh lebih baik dengan biji yang lebih besar. Meski jumlah produksinya kalah jauh dari negara Vietnam.

Juprius mengakui bahwa produksi kopi robusta Lampung memang lebih sedikit, tidak seperti kopi Vietnam yang bisa menghasilkan sekutar 1,2 juta sampai 1,5 juta ton per tahunnya. Sedangkan kopi robusta Lampung hanya diproduksi sekitar 300 ribu sampai 400 ribu ton per tahunnya.

Hal ini, menurut dia, lantaran di Vietnam, proses menanam kopi telah diatur oleh pemerintah disana. Mukai dari segi penghasilan, penanaman, lokasi dan lain-lain. Memang di Lampung saat ini juga sudah cukup baik, telebih menurutnya gubernur Lampung sudah mulai memerhatikan kopi yang termasuk dalam tanaman keras.

\"Maka kedepanya ya kami harap pemerintah bisa ikut andil dalam penyediaan pupuk, penyediaan lahan dan lain-lainnya. Kemudian memberikan pembinaan kepada petani tentang bagaimana meningkatkan mutu dan produksinya. Bisa berkolaborasi dengan dinas perkebunan dan pertanian, serta tokoh-tokoh yang perduli dengan kopi,\" pungkasnya. (Ega/kyd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: