Kapal Domestik Turun 40 Persen
radarlampung.co.id - Efek pademi covid-19 yang melanda Indonesia, khususnya Lampung sudah mulai terasa di pelabuhan Panjang. Hal tersebut diungkapkan General Manager IPC Panjang Drajat Sulistyo dalam acara Halal Bihalal Insan Maritim Pelabuhan Panjang, Selasa (9/6).
Dalam acara yang digelar melalui aplikasi Zoom tersebut, Drajat mengatakan, trafik untuk kapal domestik di pelabuhan Panjang saat ini mengalami penurunan yang luar biasa. “Ini mungkin karena di sebabkan adanya PSBB di antar daerah. Sehingga kita mengalami penurunan,“ katanya.
Meski begitu, pihahknya mengaku tidak putus asa untuk berupaya meningkatkan kembali perdagangan domestik. “Insyallah dengan telah mulai dibukannya PSBB di beberapa daerah di Indonesia akan mulai meningkatkan pedagangan domestik kembali,“ tambahnya.
Di samping itu, sambung dia, untuk kapal internasional saat ini juga tengah mengalami penurunan meski tidak sebesar kapal domestik.
“Kalau domestik (penurunan, red) sekitar 30-40 persen, kalau Internasional penurunanya baru sekitar 20-25 persen. Ini memang mengalami penurunan tapi masih bisa kita coba cover dengan bagaimana nanti kita membantu para pengusaha untuk tumbuh kembali,“ katanya.
Dia juga mengatakan, di masa pandemi seperti ini, pihaknya juga merasa perlu mengapresiasi pemerintah daerah Lampung yang telah turut membantu para pengusaha eksportir. Ini dibuktikan dengan adanya peningkatan ekspor untuk komoditas kopi, lada dan lain-lain.
Di samping itu, IPC Panjang juga terus berkomitmen untuk berinovasi dan memperbaiki pelayanan secara terus menerus, agar dapat membantu para pengguna jasa.
“Salah satunya kami tetap berimprov bagaimana digitalisasi terus kita kembangkan agar anak usaha kita bisa bahu-membahu memberikan layanan jasa terbaik pada para pengguna jasa,“ tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) provinsi Lampung, Budiharto Setyawan yang menyampaikan kondisi perekonomian Lampung di tengah pandemi covid-19 saat ini.
Berdasarkan pemaparannya, Budiharto mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 2,97% (yoy) pada Triwulan I 2020, ini melambat dari pertumbuhan Triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan menurun dan kembali meningkat pada 2021 didorong perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus kebijakan yang ditempuh.
Perlambatan terutama berasal dari melambatnya ekspor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi non makanan, dan investasi, dengan lapangan usaha yang paling terdampak yakni perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, konstruksi, dan sup lapangan usaha transportasi.
“Sedangkan, kinerja lapangan usaha yang terkait dengan penanganan Pandemi covid-19 tetap baik, seperti informasi dan komunikasi, jasa keuangan, jasa kesehatan dan jasa lainnya,“ katanya.
Sementara itu, perekonomian Lampung tumbuh 1,73% (yoy) pada Triwulan satu 2020, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Triwulan sebelumnya yakni 5,07% (yoy) Maupun periode yang sama tahun 2019 yakni 5,18% (yoy).
Kinerja perekonomian yang memburuk ini disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan kinerja negatif sektor eksternal. Dari Sisi Sektoral, perlambatan disebabkan oleh penurunan kinerja di hampir semua lapangan usaha.
Perlambatan konsumsi ini diperkirakan berlanjut, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat pada 2020 sejalan dengan turunnya pendapatan masyarakat akibat pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19 serta melemahnya keyakinan konsumen.
“Adapun dorongan kenaikan konsumsi karena perayaan Ramadhan dan Idul Fitri juga diperkirakan lebih terbatas dibanding historisnya karena adanya larangan mudik dan berkurangnya aktivitas di luar rumah,“ katanya.
Guna melengkapi stimulus pemerintah pusat pemerintah daerah melakukan re alokasi APBD yang di fokuskan untuk penanganan covid-19 (0,24% APBD 2020). Stimulus ini diperkirakan akan menahan lambatnya permintaan domestik lebih dalam pada Triwulan dua dan tiga 2020.
Lebih jauh dijelaskan, Ekspor pada 2020 diperkirakan menurun akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global. Di Sisi domestik, permintaan yang diperkirakan melemah mendorong penurunan ekspor antar daerah.
Sejalan dengan kinerja pertumbuhan konsumsi domestik dan ekspor yang menurut lapangan usaha dengan pada Triwulan dua 2020 dan keseluruhan tahun 2020 diperkirakan terkontraksi.
Kontraksi lapangan usaha perdagangan ini sejalan dengan penyaluran kredit perbankan yang tercatat tumbuh melambat sebesar 0,62% (yoy) pada Triwulan satu 2020 dan minus 1,96% (yoy) pada posisi April 2020, jauh lebih rendah dibandingkan Triwulan empat 2019 yakni 4,07% (yoy) maupun Triwulan yang sama tahun lalu yakni 7,49% (yoy).
Hal ini mengindikasikan adanya penurunan alokasi kredit oleh perbankan ke lapangan usaha ini. Namun demikian kontraksi yang terjadi diperkirakan dapat bertahan oleh pertumbuhan konsumsi domestik yang secara perlahan membaik pada Triwulan III 2020 dan persiapan pelaksanaan Pilkada serentak pada Desember 2020.
Sambung dia, dari segi indeks harga konsumsi provinsi Lampung pada bulan Mei 2020 terpantau mengalami deflasi sebesar minus 0,29% (mtm). Sebaliknya, IHK secara nasional mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm). Secara tahunan inflasi pada bulan Mei 2020 sebesar 1,64% (yoy) tersebut berada pada target sasaran inflasi.
Adapun penurunan harga yang terjadi pada sub kelompok makanan (terutama beras, cabai merah, bawang putih, telur ayam ras dan cabai rawit total andil minum 0,57%) menyumbang Deflasi di provinsi Lampung.
Meski demikian, Deflasi yang lebih dalam tersebut tertahan oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok komunikasi dan transportasi dengan total andil masing masing 0,06% dan 0,04%.
Prospek perekonomian Lampung 2020, pertumbuhan ekonomi Lampung pada 2020 diperkirakan jauh lebih lambat sejalan dengan dampak covid-19. Sementara itu, inflasi akan tetap rendah dan stabil pada batas bawah kisaran sebesar 3 plus minus 1%.
Penguatan konsumsi perlu terus di iringi langkah pemulihan ekonomi. Mengantisipasi penurunan kinerja ekonomi yang lebih dalam dan menjaga stabilitas makroekonomi ditengah Pandemik covid-19, diperlukan upaya bersama seluruh.
Menurutnya, pemerintah daerah memiliki peran kunci melalui stimulus fiskal yang telah dipersiapkan melalui re alokasi APBD dan dana desa. Hal ini, perlu didukung dengan monitoring, pengendalian dan evaluasi agar tetap berjalan secara transparan dan efektif.
Di samping itu, harus ada upaya memaksimalkan percepatan pemanfaatan dana desa, realisasi bantuan sosial atau subsidi dan program perbaikan kesejahteraan terutama yang menyasar pada U MKM dan MPR, termasuk mendorong penyaluran Coor, serta eksekusi program Wakaf produktif dan CSR Dengan melibatkan pihak swasta.
“Pelaksanaan Bansos dan CSR sebaiknya melibatkan UMKM. Sosialisasi dan pengawasan terhadap implementasi stimulus pemerintah, seperti PPh dan PPN, perlu dilakukan baik kepada serikat pekerja maupun dunia usaha, sehingga dapat lebih transparan dan mendorong konsumsi swasta,“ tambahnya.
Selain menjaga konsumsi rumah tangga, perlu disiapkan langkah pemulihan ekonomi yang dapat memberikan daya ungkit bagi perekonomian daerah dan mendorong Transformasi ekonomi. Investasi diarahkan pada peningkatan nilai tambah sumber daya yang dimiliki, seperti agro industri dan pariwisata. Mendorong pertumbuhan investasi dengan upaya menjaga sentimen positif investor swasta.
Lampung juga perlu mendorong komoditas unggulan ekspor yang bersumber dari wilayah Lampung sendiri seperti kelapa sawit, kopi dan lain lain. Disisi lain tingginya impor gula dan produk turunan gula lainnya perlu ditelaah lebih lanjut untuk melihat peluang nilai tambah industri, atau hilirisasi tebu di Lampung.
“Pendampingan untuk peningkatan kualitas produk ekspor juga harus terus dilakukan untuk dapat memperluas pasar, termasuk produk MKM. Selain itu, tetap meningkatkan intensitas promosi produk unggulan dan penjajakan negara tujuan baru melalui saluran promosi digital,“ pungkasnya. (Ega/yud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: