Kemenag : Ormas dan Kyai Aktif Kendalikan Covid-19 di Ponpes

Kemenag : Ormas dan Kyai Aktif Kendalikan Covid-19 di Ponpes

RADARLAMPUNG.CO.ID-Kementerian Agama berharap peran yang makin aktif dari organisasi masyarakat keagamaan dan para pengajar seperti kyai dan ustadz atau ustadzah untuk memimpin pengendalian covid-19 di pondok pesantren. Kepala subdit Pendidikan Pesantren Dit Pendidikan dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Basnang Said, dalam Webinar berjudul Bagaimana Menerapkan 3M di Pondok Pesantren, 6 November 2019, mengatakan sebagian besar pondok pesantren terafiliasi dengan ormas keagamaan. “Kami tidak bisa masif, tanpa didukung oleh ormas-ormas Islam yang memang memiliki pondok-pondok pesantren di situ, secara struktural maupun secara ideologi, misalnya data jumlah pesantren kita yang terbaru 29.500, sebanyak 23 ribu lebih berafiliasi ke Nadlatul Ulama,” jelasnya dalam rilis yang diterima radarlampung.co.id. Sekitar enam ribuan pondok pesantren lain juga terafiliasi dengan dengan ormas Islam yang berbeda. Dengan demikian katanya, peran Ormas Islam sangat strategis untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Selanjutnya, para pengajar harus menjadi teladan dalam menerapkan 3M. Yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun. “Begitu kyai mengatakan A, semua santri akan mengikuti, karena itu kami dari kementerian agama, dalam setiap pertemuan secara daring kami memohon para pengajar agar menerapkan protokol kesehatan,” lanjutanya. Hingga 20 Oktober 2020, ada 39 pondok  pesantren di 11 provinsi, yang  santri dan pengajarnya terkena covid-19. “Dengan jumlah santri yang kena 2326 orang , kemudian 16 uztad dan ustazah, serta satu sopir, lebih 90 persennya adalag OTG,” katanya. Kementerian Agama sebelumnya telah melayangkan surat edaran berisi berbagai panduan kesehatan terkait aman COVID-19. Surat edaran merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian dalam Negeri, tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 di masa pandemi. Sementara, Direktur Kampanye Gerakan Pakai Masker Dr Sugeng Ibrahim menyatakan, pesantren harus melakukan mitigasi untuk menghindari risiko akibat covid-19. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Soegijapranata ini juga sependapat perlu peran besar ormas Islam. “Ini tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, komponen masyarakat, lembaga sosial, ormas besar seperti Muhamadyah, NU harus aktif dan sabar, selain mitigasi risiko upaya untuk mengubah budaya ini butuh kesabaran,” lanjutnya. Mazidatul Faizah Satgas Covid Yayasan Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang  mengatakan sejumlah langkah telah dilakukan untuk mencegah penyebaran covid-19 di pesantren yang memiliki 3 ribu santri mondok tersebut. “Memang benar, untuk kyai dan nyai yang usianya di atas 59 tahun kami mohon tidak ke mana-mana dulu, istirahat di rumah, dan tidak banyak interaksi dengan santri, dan kalau pengajian atau jadi imam tidak salaman, dan ini diterapkan,” jelasnya. Selain itu, untuk para santri, sebelum kembali ke pondok, diwajibkan cek kesehatan dan membawa perbekalan seperti masker, vitamin, dan hand sanitizer. “Orangtua tidak boleh turun dan masuk ke pesantren, cukup santrinya saja, lalu barang bawaan disemprot disinfektan, anaknya harus ikut skrining,” katanya. Pesantren juga menutup akse keluar masuk bagi tamu dan melarang orangtua menjenguk. “Kalau ada wali santri yang nekad dan bersentuhan dengan anaknya, kita pulangkan. Ikut pulang saja,” tambahnya. Edukasi tentang bahaya dan pencegahan penyebaran covid-19 dilakukan setiap pekan, sedangkan pengawasan perotokol kesehatan dilakukan secara ketat oleh satgas ponpes, pengurus, dan pengasuh. (rls/wdi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: