Stop Mei
Pendeta Niko lahir di Bondowoso. Ia jadi pendeta atas bimbingan Pendeta Dr. Abraham Alex Tanuseputra.
Di Surabaya Pendeta Alex ini amat terkenal. Ia-lah pendiri gereja Bethany di Semolowaru, Surabaya. Yang gerejanya sangat besar dengan arsitektur dom --seperti sebuah convention center.
Bethany lantas dikenal sebagai gereja yang kaya raya. Dengan jemaat yang kaya-kaya.
Ketika Bethany mengembangkan diri ke Jakarta, Niko-lah yang dipercaya sebagai pimpinan Bethany wilayah barat.
Niko menjadi terkenal di Jakarta. Jemaatnya terus bertambah. Lalu mendirikan gereja sendiri di luar Bethany --Gereja Bethel Indonesia.
Gereja baru itu menempati Geraja Bethany yang di Jakarta itu --entah bagaimana hitungannya.
Di pusatnya sendiri, di Surabaya, Bethany juga pecah. Bahkan sangat serius. Saling pecat. Pun antara anak kandung dan bapak biologis. Saling gugat pula ke pengadilan.
Bethany punya ratusan cabang. Termasuk beberapa di Amerika Serikat. Saya pernah ke salah satu cabang gerejanya. Yang di Philladelphia.
Perkembangan gereja Niko juga pesat. Kini sudah punya 700 cabang di seluruh Indonesia. Juga di luar negeri.
Akan hal Stephen Tong, untuk apa diperkenalkan? Ia sudah lebih dari terkenal. Ia-lah salah satu pendiri Institut Injil Indonesia di Batu, Malang.
Dua-duanya jago khotbah. Apalagi ketika belum tua. Sama-sama pandai bicara Mandarin dan Inggris. Dua-duanya pandai menyanyi. Dua-duanya pencipta lagu-lagu rohani. Mereka juga sering khotbah di mancanegara.
Dua-duanya banyak tampil di YouTube.
Tapi keduanya saling berseberangan. Terutama setelah ada pandemi Covid-19.
\"Jangan seperti pendeta yang besaaar itu, yang sampai berani mengatakan akan menghentikan Covid-19,\" ujar Stephen Tong. \"Itu pengkhianatan. Itu meng-copy Tuhan Yesus. Itu tidak boleh,\" tambahnya.
Selebihnya tonton sendiri videonya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: