Konferensi Internasional Pertama tentang KB dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia Dibuka di Yogyakarta

Konferensi Internasional Pertama tentang KB dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia Dibuka di Yogyakarta

RADARLAMPUNG.CO.ID - Ratusan peserta diperkirakan akan hadir di Konferensi Internasional Pertama mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia (ICIFPRH). Konferensi ini akan dibuka secara resmi 30 September dan berlangsung hingga 2 Oktober 2019. Konferensi yang berlangsung selama tiga hari ini, diketuai oleh Prof. Siswanto Agus Wilopo dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada, dan diikuti para cendekiawan, pakar kesehatan dan pembangunan, penyelenggara program, pembuat kebijakan, berbagai badan khusus PBB, lembaga donor nasional maupun internasional, organisasi masyarakat sipil, serta calon pemimpin muda dan mahasiswa. Ya, kesemuanya akan berkumpul membahas berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memajukan program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Pemangku kepentingan kunci lainnya yang juga akan hadir dalam acara ini adalah para tokoh masyarakat dan pemimpin agama. Program Keluarga Berencana di Indonesia pernah mengalami masa keemasan dari akhir tahun 1970-an hingga tahun 2001. Ketika sistem desentralisasi diterapkan di tahun 2001, program keluarga berencana mengalami kemunduran. Jumlah pengguna kontrasepsi (CPR) yang telah mencapai 60 persen dan angka kelahiran total (TFR) yang telah berkurang hingga setengahnya, dari 5,2 menjadi 2,6 per wanita menjadi stagnan dan tidak menunjukkan perubahan lebih lanjut hingga hampir dua dekade. “Hingga tahun 2018/2019 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi, di 305 per 1000 kelahiran hidup,” demikian penjelasan Prof. Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ketua dari Komite Ilmiah ICIFPRH. Guna mencoba mengatasi kondisi yang memprihatinkan ini, Konsorsium “Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia” yang terdiri dari sejumlah lembaga non-pemerintah, universitas dan kelompok masyarakat sipil memprakarsai konferensi pertama tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Anggota konsorsium terdiri dari UNFPA, Rutgers Indonesia, Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada, ThinkWell, Yayasan Cipta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia. Konferensi ini diselenggarakan sebagai satu kemitraan antara Kementerian Kesehatan Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tujuan konferensi adalah menjadi wadah diskusi tingkat nasional maupun internasional mengenai bagaimana program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dapat berperan menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Salah satu isu terpenting yang akan dibahas secara mendalam dalam konferensi ini adalah pernikahan anak, kehamilan yang tidak direncanakan dan persalinan di usia remaja (15-19 tahun). “Kami bersemangat untuk membicarakan berbagai gagasan, pemikiran, praktik lapangan, dan kebijakan yang akan dikemukakan oleh para akademisi, peneliti, petugas lapangan, LSM, dan pengambil kebijakan di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Amala Rahmah, Kepala Perwakilan Rutgers WPF Indonesia, sekaligus Direktur Eksekutif Konferensi. Fitri Putjuk, Kepala Perwakilan Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP) Indonesia menambahkan, konferensi ini juga menjadi ajang interaksi dan diskusi tentang berbagai inisiatif yang telah atau sedang dilaksanakan dengan tujuan agar program keluarga berencana, kesehatan dan kesejahteraan ibu serta anak di Indonesia dapat terus berkembang di tengah beragam tantangan dan kebutuhan yang dihadapi, baik sekarang maupun di masa depan. “Mari kita belajar dari masa lampau, dan memusatkan perhatian kita pada masa sekarang dan mendatang. Hal-hal yang telah berlalu perlu menjadi pembelajaran, tapi bukan masalah utama,” pungkasnya. Sebelum konferensi, pada 28-29 September akan diselenggarakan berbagai acara pra-konferensi yang mencakup Pelatihan Media tentang Keluarga Berencana, Konferensi Remaja, Guru Juara Pertemuan Puncak Hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (Teacher Champions of SRHR Summit) dan Pelatihan untuk Penelitian Kualitatif di bidang KB dan Kesehatan Reproduksi. (sur) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: