Banyaknya Jual Beli Online, Tata Motors Kenalkan Pasar Tradisional dan Generasi Milenial
radarlampung.co.id - Keberadaan jual beli online (e-commerce) tidak bisa dipungkiri telah menggerus pebisnis konvensional yang masih mengandalkan outlet atau toko. Bahkan kaum milenial saat ini hanya segelintir mengenal pasar tradisional yang merupakan salah satu budaya keunikan Nusantara. Kondisi tersebut membuat Tata Motors Indonesia tergerak untuk mengenalkan kembali bahwa tanah air kita memiliki ragam pasar tradisional yang sarat akan sejarah dan keunikan. Biswadev Sengupta, Presiden Direktur PT Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI) menyampaikan bahwa pihaknya bertekad mengampanyekan pasar-pasar tradisional di Indonesia yang beragam, eksotis dan sangat potensial menjadi elemen daya tarik pariwisata. “Kami berkeinginan program Jelajah Pasar Nusantara ini menjadi program khas berkelanjutan Tata Motors di Indonesia. Pulau Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi akan kami masukkan ke dalam rencana kegiatan selanjutnya di tahun depan,” kata Biswadev saat meresmikan program Jelajah Pasar Nusantara (JPN). Pasar Tavip merupakan pasar terbesar di Binjai, Medan, Sumatera Utara Pada kesempatan kali ini TMDI sedang menelusuri pasar tradisional Sumatera. Jalur yang dipilih adalah Lintas Timur, yang secara tradisional dipakai sebagai jalur niaga bertahun tahun Rute perjalanan yang ditempuh mulai dari pasar Peunayong, menuju Lhoksukon, bergerak ke Binjai, lanjut ke Pekanbaru, mampir di Jambi, Palembang, Lampung, lalu menyeberang hingga Jakarta. Total jarak yang ditempuh sekitar 2.400 km yang direncanakan berlangsung selama 20 hari. Tata Motors Jelajah Pasar Nusantara (JPN) ini melewati 7 provinsi, seperti Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Lampung. Direncanakan tim akan mampir ke GIIAS 2018 di ICE BSD, Tangerang, awal Agustus nanti. Pasar tradisonal ini merupakan pasar terbesar di Binjai dan sudah berumur cukup lama. Sulit mencari kapan tepatnya pasar ini dibangun, dari beberapa pelaku pasar yang diwawancara ada yang menyebutkan dari tahun 1950-an dan 1960-an. Pasar Tavip memiliki nilai sejarah karena memiliki usia yang cukup tua. Ragam sayuran, buah-buahan dan komoditi lainnya ditawarkan di Pasar Tavip. Pedagang yang mengisi pasar pun beragam, mulai yang menjajakan dagangan di emperan hingga kelontong. Selain memiliki nilai sejarah, dilihat dari para pedangan, pasar ini banyak menawarkan rambutan. Setelah ditelisik ternyata Binjai juga dijuluki sebagai kota rambutan. Bahkan bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut. Sama dengan pasar tradisional lainnya, penataan area jual beli terbilang abstrak. Kebersihannya juga agak kurang terjaga. Entah karena memang sudah menjadi ciri khas atau kurang terorganisirnya petugas kebersihan di Tavip. Bisa jadi hal tersebutlah yang menyebabkan beberapa orang enggan ke pasar tradisional. (rls/ang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: