BNPT Vaksin Paham Radikalisme ke Kepsek Melalui Dialog Kebangsaan

BNPT Vaksin Paham Radikalisme ke Kepsek Melalui Dialog Kebangsaan

  RADARLAMPUNG.CO.ID -  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, bekerjasama dengan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Lampung menggelar Dialog Kebangsaan dengan mengusung tema, Harmonisasi Kebangsaan, pada Sabtu (18/12) di Balai Kratun pemprov setempat. Dialog Kebangsaan ini, dimoderatori oleh Chairman Radarlampung Group, Hi Ardiansyah, dengan menghadirkan narasumber Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) RI Brigjen R.Ahmad Nurwahid, Rektor Unila Prof Karomani, Ketua FKDM Provinsi Lampung Dr. Nanang Trenggono, KH. Suparman Abdul Karim Hasan, dan lainnya. Acara tersebut, diikuti oleh Kepala Sekolah (Kepsek) SMA/SMK se-Provinsi Lampung secara offline dan online diikuti sekitar 1.054 peserta. Gubernur Lampung Arinal Djunaidi yang di wakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Provinsi Lampung, Qodratul Ikhwan membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, Qodratul menyampaikan, penguatan wawasan kebangsaan, khususnya dilingkungan pendidikan dipandang sangat penting dan strategis dilaksanakan. Hal Itu, sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai kesatuan bangsa, membina kehidupan bangsa, dan bernegara. \"Dalam situasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini, berbagai aspek kehidupan mengalami goncangan yang nyaris perusak sendi tentang kehidupan berbangsa dan negara. Antara lain menyebabkan sebagain warga dan masyarakat kehilangan jatidirinya sebagai bangsa Indonesia dengan lebih mengagungkan bangsa lain, dibanding bangsa sendiri,\" Ungkap Qodratul, Sabtu (18/12). Oleh karena itu, sambung Qodratul, diharapkan kepala sekolah membangun kesamaan visi dan persepsi kepada tenaga pengajar, serta siswa melalui pengembangan alur budaya, kesamaan pandangan, pemahaman wawasan kebangsaan, pengertian dan toleransi agar seluruh komponen dapat bertanggung jawab atas kemajuan pembangunan nasional dan daerah Lampung khususnya. Dalam pemaknaan pelaksanaan kegiatan ini, gubernur menggaris bawahi beberapa hal penting. Pertama, penguatan wawasan kebangsaan setidak-tidaknya harus dapat memberikan solusi alternatif bagi penanggulangan kemerosotan kebangsaan yang semakin memperihatinkan, serta memperkuat daya tangkal bagi guru dan siswa disekolah, serta mencegah radikalisme dan terorisme. \"\" Kedua, dialog wawasan kebangsaan harus dapat membawa kebaikan persamaan persepsi dan prilaku guru serta siswa dalam menata ulang tatanan kehidupan masyarakat yang multikultural berasaskan nilai-nilai kebangsaan. Sehingga dapat berlangsung efektif dan berkesinambungan. Ketiga, menumbuh kembangkan rasa solidaritas dan kerukunan dilingkungan sekolah, sebagai upaya memberikan pemaknaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. \"Kita menyadari bahwa kondisi objektif keanekaragaman bangsa Indonesia tidak mungkin dihapuskan dan sampai kapanpun bangsa Indonesia akan tetap berdiri dengan bermacam-macam suku, agama, adat istiadat, dan sebagainya,\" terangnya. Sementara, Rektor Unila Prof. Karomani dalam penyampaian materinya mengungkapkan kondisi umum radikal. Berdasarkan surve alvara research center dan mata air foundation, ancaman radikalisme di Indonesia, ada sekitar 23,4% mahasiswa setuju dengan jihad untuk tegakan negara islam dan khilafah. Kemudian, ada 23,3% pelajar SMA setuju dengan jihat untuk tegakan negara islam dan khilafah, 19,4% PNS menyatakan tidak setuju dengan idiologi pancasila, 18,1% pegawai swasta menyatakan tidak setuju dengan idiologi pancasila, dan 9,1% pegawai BUMN menyatakan tidak setuju dengan idiologi pancasila. Sedangkan, Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen R.Ahmad Nurwahid mengatakan, bahwa paham radikalisme dan terorisme ini, merupakan virus yang dapat menyerang siapa saja. Virus tersebut tidak memandang suku, agama, pendidikan, dan sebagainya. Nurwahid mencontohkan Doktor Azhari yang merupakan orang pintar atau Insinyur dapat menjadi teroris, begitu juga dengan Usaman Bin Ladin. Terorisme sendiri, lanjutnya tidak ada kaitannya dengan agama. Namun, teroris terkait pemahaman agama yang menyimpang. \"Jadi, agama teroris ini biasanya didominasi agama yang menjadi mayoritas di suatu daerah, jadi bukan Islam saja. Seperti KKB di Papua itu yang melakukan agama Kristen karena mayoritas disana Kristen. Begitu juga di Myanmar ada Biksu yang membuat umat Islam Rohingya terusir dan pergi ke Banglades,\" terangnya. Untuk itu, virus-virus radikalisme ini perlu di vaksin, salah satunya dengan mengadakan Dialog Kebangsaan ini, agar menyamakan persepsi, terutama untuk kepala sekolah untuk dapat diteruskan kepada tenaga pendidik dan siswa disekolah masing-masing. (Pip/yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: