Nelayan Sukaraja Keluhkan Tangkapan Menurun Drastis

Nelayan Sukaraja Keluhkan Tangkapan Menurun Drastis

RADARLAMPUNG.CO.ID - Nelayan di Jl. Yos Sudarso, Gang Ikan Selar, RT 09 Sukaraja, Telukbetung, Bandarlampung mengeluh pada 2019 tangkapan ikan menurun drastis dari tahun sebelumnya. Nelayan menduga pencemaran limbah sebagai penyebabnya. Nelayan setmpat, Tamrin (40) yang juga anggota humas Komunitas Nelayan Sukaraja (KNS) mengungkapkan, selama ini nelayan memperoleh ikan dengan alat tangkap payang (sejenis jala atau jaring yang ditarik dan diseret dari tengah laut ke tepi pantai). Menurutnya, cara tangkap seperti itu sudah berlangsung turun menurun dan sudah puluhan tahun. Satu payang dikendalikan satu regu yang terdiri 8-11 orang dengan pendapatan hasil tanggkapan dengan sistem bagi hasil. Dia bilang, setidaknya dalam sehari ada kurang lebih 14 tim yang menangkap ikan dengan cara payang di lokasi tersebut. Dirinya menyebutkan sebelum 2019, hasil tangkapan ikan masih untuk dua kali tarik bisa mencapai 1 ton per payang tiap dua jam. \"Tapi sekarang, penurunannya sangat drastis. Dua kali tarikan rata-rata kita cuma bisa dapat 20-30 kilogram saja per payang. Dengan durasi kerja 2-3 jam,\" ungkapnya kepada Radar Lampung saat ditemui disela mencari ikan di lokasi, Rabu (16/10). Pihaknya menduga penurunan tangkapan tersebut disebabkan adanya perusahaan yang membuang limbah ke laut pada waktu hujan lebat atau ketika naiknya debit air kali atau sungai menuju laut. \"Kita perhatikan watu hujan deras Februari 2019 lalu, banyak ikan yang mati tidak wajar. Ditambah airnya hitam dan menimbulkan bau tidak sedap,\" ungkapnya. Dia juga menyebutkan bahwa, perubahan air yang menghitam akan terjadi diwaktu-waktu hujan lebat. Sehingga pihaknya menduga, beberapa perusahaan di sana membuang air limbah ketika hujan lebat yang dibuang ke beberapa sungai, yakni Kali Kuala, Waylunik, dan Kali Bumiwaras. Iwan (28) yang juga sebagai nelayan, mengungkapkan hal sama. Menurutnya perubahan air laut saat-saat hujan yang mengandung limbah saat terasa berbeda. \"Airnya itu hitam. Ya beda sih kalau air laut bercampur lumpur saja dengan air laut bercampur limbah itu beda banget,\" ujarnya. Dia berharap kepada sejumlah perusahan agar tidak membuang limbah ke laut, karena penghasilan warga di sana mayoritas dari hasil tangkapan ikan. Sehingga, kalau air laut tercemar, pendapatan mereka akhirnya menjadi berkurang drastis. \"Perubahannya itu tidak menentu, kayak bulan ini saja pas hujan, airnya hitam dan menimbulkan bau kayak solar dan kadang juga baunya busuk comberan rumah sakit gitu. Saya berharap kepada perusahaan agar tidak membuang limbah ke laut,\" tutupnya. (apr/sur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: