Workshop TKT, Dosen dan Peneliti Didorong Hasilkan Riset Aplikatif

Workshop TKT, Dosen dan Peneliti Didorong Hasilkan Riset Aplikatif

radarlampung.co.id- Dosen dan peneliti didorong mampu menghasilkan riset yang aplikatif atau dapat diterapkan baik di tingkat industri hingga masyarakat umum. Untuk itu, setiap penelitian yang dilakukan melalui uji Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) seperti yang saat ini diterapkan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Guna mendorong hal tersebut Kemenristekdikti melalui program Riset Pro bekerjasama dengan Itera menggelar Workshop Uji Kasus Perhitungan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) di kampus Itera, Kamis (1/8). Kepala Seksi Pendidikan Luar Negeri, Direktorat Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kemenristekdikti, Bagus Setiawan, SE., menyampaikan, workshop tersebut diselenggarakan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang uji TKT kepada para dosen dan peneliti di lingkungan Kemenristekdikti. \"Melalui kegiatan ini kami mengharapkan sinergi antara lembaga untuk bisa memahami dan menerapkan uji TKT dengan maksimal,\" ujar Bagus. Sementara Direktur Itera International Office (IIO) Acep Purqon,S.Si., M.Si., Ph.D., menyebut, workshop penting untuk mengetahui sejauh mana kesiapan teknologi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian di bawah Kemenristekdikti yang ada di Lampung, di tengah perkembangan teknologi global. “Lampung memiliki SDM IPTEK yang sangat banyak yang ada di perguruan tinggi dan lembaga lain. Sebagai bagian dari perkembangan teknologi global, kita harus tahu bagaimana cara mengukur kesiapan teknologi yang kita dihasilkan,”ujar Acep. Acep menambahkan, sebagai institut teknologi baru di Indonesia, Itera turut mengemban tugas mengembangkan teknologi dan melakukan percepatan perkembangan teknologi di Sumatera. Untuk itu, Itera menyambut baik workshop tersebut dan berharap, para peserta yang terlibat nantinya dapat menjadi trainer bagi para dosen dan peneliti lain di masing-masing lembaga. Dalam sesi materi, pemateri utama Drs. Dedi Suhendri, M.Si, menyampaikan sebuah penelitian harus memiliki nilai inovasi termasuk dapat dimanfaatkan secara langsung dan mampu memenuhi konsep hilirisasi dan komersialisasi. Sebab, menurut Dedi, tidak semua penelitian baik yang dilakukan perguruan tinggi atau lembaga penelitian saat ini dapat diaplikasikan. Bahkan hanya sekitar 10% dari total riset yang memiliki nilai ekonomi, dan sekitar 22% yang dapat dimanfaatkan oleh pasar. Dedi menjabarkan, TKT adalah kondisi kematangan atau kesiapterapan hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara sistematis dengan tujuan dapat diadopsi oleh pengguna, baik oleh pemerintah, Industri hingga masyarakat. TKT menjadi ukuran yang menunjukkan tingkat kesiapan teknologi untuk diaplikasikan, yang diklasifikasikan lewat skala 1 sampai 9. “Dengan dilakukan pengukuran atau uji TKT, sebuah riset dapat ditawarkan untuk dikerjasamakan dengan pihak industri, sehingga hasil penelitian bisa dipasarkan dan banyak potensi lain yang bisa dikembangkan,”ujar Dedi. Menurut Dedi, sebuah riset yang hanya konsep di atas kertas memiliki risiko gagal yang tinggi, sehingga perlu pengujian untuk memastikan riset tersebut layak diterapkan, dan dapat diketahui kendala yang dihadapi saat diterapkan. Workshop yang diikuti oleh dosen dari Itera, Universitas Lampung, Universitas Bandar Lampung, dan Polinela, serta peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) wilayah Lampung. (rls/rur/wdi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: