Iklan Bos Aca Header Detail

Hama Ganas Asal India Serang Ladang Jagung Metro

Hama Ganas Asal India Serang Ladang Jagung Metro

RADARLAMPUNG.CO.ID - Pertani jagung Banjarsari, Metro Utara sedang dilanda kecemasan. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Metro menemukan serangan hama ulat grayak jenis baru menyerang pertanian jagung milik warga setempat. Kepala DKP3 Metro Hery Wiratno diwakili Kabid Penyuluh Pertanian Herman Susilo mengatakan, ulat grayak atau Army Worm yang dikenal cukup ganas itu baru ditemukan musim ini masuk di wilayah Metro. \"Hama ulat grayak kali pertama masuk di Lampung menyerang wilayah pertanian Pringsewu, kemudian Lamtim, dan Lamteng. Ulat Grayak dengan nama latin Spodoptera Frugiperda ini adalah jenis baru karena biasanya yang menyerang adalah jenis Prodoptera Litura,\" ujarnya, Selasa (25/6). Menurutnya, kemunculan hama ini pada 2018 diperkirakan berasal dari India, Amerika Selatan, kemudian menyerang Thailand dan Indonesia yang kali pertama menyerang wilayah Medan. Ulat ini menyerang daun, batang, dan yang paling parah adalah titik tumbuh. “Di mana di situ ada calon bunga, kalau dimakan akan rusak dan tanaman sudah tak dapat produksi lagi,” katanya. Di sisi lain, Slamet Santoso selaku Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) mengatakan, belakangan hama ini tengah menjadi perbincangan di kalangan peneliti dan termasuk hama baru di Indonesia. \"Ternyata, malah di lapangan (Kota Metro) sudah ada yang diserang,\" imbuhnya. Menurutnya ulat ini bisa menyerang kapan saja. Mulai fase vegetatif sampai generatif. Pada tahap awal, hama akan menyerang ke dalam titik tumbuh baru menjalar ke seluruh batang dan daun. Cara pencegahannya, tidak ada cara lain selain preventif, menggunakan beberapa jenis pestisida di tanaman umur 10 hari. Sedangkan, utuk tanaman umur di atas 30 hari, pihaknya belum ada rekomendasi resmi. “Kita rekomendasikan untuk menggunakan pestisida, yang pernah digunakan untuk hama penggerek batang juga. Meski begitu kami belum bisa mengeluarkan rekomendasi resmi, karena kami masih dalam tahap studi dan penelitian,\" terangnya. Namun demikian, penelitian akan terus dilakukan untuk menekan populasi penyebaran secara luas dan berutal. \"Kami tidak akan tinggal diam karena populasi sudah banyak dan serangan sudah berat. Yang paling penting tidak melakukan rekomendasi yang di luar ketentuan untuk mengurangi bahaya residu yang terjadi,\" ujarnya. Dia mengatakan petani harus terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian agar tidak salah. Untuk penggunakan pestisida yang dianjurkan dengan dosisnya yakni 2 cc per liter air dengan larutan 400 liter per hektar. Dari pantauan yang paling banyak diserang adalah jagung manis. Kabid Penyuluh Pertanian Herman Susilo menambahkan, petani dapat melakukan pencegahan dengan penyemprotan air dicampur pestisida sistemik karbofuran bahan aktif pada penerapan dari tanam biji. Kemudian pemupukan bisa dilakukan setelah 2 minggu. Pupuk boleh dicampur sistemik, karena sistemik terserap tanaman, ketika telur menetas memakan tanaman, tanaman sudah mengandung pestisida sehingga ulat mati. Menurut Herman, teknik penyemprotan juga harus teliti per batang, tidak bisa seperti menyemprot padi. Kemudian ketika sudah umur hampir 40 hari bisa dimasukkan ke dalam titik tumbuh, fungisida tersebut. “Karena bentuknya butiran bisa dimasukkan setiap titik tumbuh, untuk mengantisipasi. Karena kalau penyemprotan agak sulit. Sejak awal harus sudah melakukan pencegahan, dengan pestisida karbofuran,” ujarnya. Selain itu lanjutnya, untuk pencegahan pada malam hari bisa menggunakan lampu agar klaper atau kupu-kupu ulat tersebut terjebak. Dengan memodifikasi lampu yang di bawahnya diberi oli untuk menjerat kupu-kupu tersebut. (apr/sur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: