Jenazah Berserakan, Korban Gempa Sulteng Capai Ratusan Jiwa
Radarlampung.co.id – Korban meninggal dunia di Pantai Talise, Kota Palu, setelah tsunami menerjang kawasan itu Jumat (28/9) sore. Serta korban gempa bumi di Donggala, Sulteng, diduga mencapai ratusan jiwa. Mereka belum dievakuasi dari gedung-gedung yang ambruk. Fajar Online melaporkan, mayat-mayat itu berserakan di pantai dan mengambang di permukaan laut. Jenazah dikabarkan bercampur dengan puing-puing material yang beserakan. Kerusakan di kawasan Pantai Talise terbilang sangat parah. Meski demikian, belum ada laporan resmi yang dirilis otoritas terkait mengenai kerusakan maupun jumlah korban akibat tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala. Kepala LKBN Antara Biro Sulawesi Tengah Rolex Malaha menyebutkan pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy Saelan ambruk. Masih ada puluhan hingga seratusan orang yang terjebak di dalam pusat perbelanjaan empat lantai yang dibangun 2006 itu. Menurut salah seorang pegawai mal yang ditemui, para korban yang terjebak di dalam mal yang ambruk sebagian itu belum dievakuasi. Di Rumah Sakit Budi Agung Palu di Jalan Maluku terdapat 14 jenazah yang dibawa dari Mal Tatura berada di rumah sakit itu. Sedangkan seratusan orang terluka. Korban yang mengalami patah kaki dan luka-luka masih berada di halaman rumah sakit dan sebagian ruang pasien. Namun, mereka belum ditangani secara medis karena belum ada dokter yang menangani. Hotel Roa-Roa berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura juga rata dengan tanah. Di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76 kamar yang terisi oleh tamu hotel yang menginap. Menurut sejumlah orang yang ditemui di hotel yang roboh itu, banyak korban yang berada dalam reruntuhan gedung hotel. Di lokasi lain seperti di arena Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan orang pengisi acara, sebagian merupakan para penari, juga belum diketahui nasibnya. Gelombang tsunami menyapu pantai sekitar tempat acara festival tahunan itu. Rumah Sakit Anutapura di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu, yang berlantai empat pun roboh. Banyak gedung, rumah, dan bangunan lainnya yang rusak di sekeliling kota. Masyarakat juga terlihat masih panik dan masih mengungsi ke daerah yang lebih aman seperti ke dataran yang lebih tinggi. Masyarakat membutuhkan penanganan segera dari berbagai instansi terkait. Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala bersumber dari sesar Palu Koro. \"Disebabkan oleh sesar Palu Koro yang berada di sekitar Selat Makassar,\" kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, dalam konferensi pers Jumat (28/9). Rahmat menuturkan, gempa utama adalah yang bermagnitudo 7,4 yang terjadi pada pukul 17.02 WIB. Tsunami diprediksi tiba 20 menit kemudian. (jpnn/apr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: