Netizen Heboh, Beli Cabai Rawit Rp 5.000 Hanya Dapat 8 Biji, Ternyata Ini Penyebabnya

Netizen Heboh, Beli Cabai Rawit Rp 5.000 Hanya Dapat 8 Biji, Ternyata Ini Penyebabnya

Harga cabai dikeluhkan netijen. (Twitter/@TutiPufi)--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Harga cabai yang terus mengalami peningkatan sejak awal tahun menuai kritik 'pedas' dari para konsumen.

Bagaimana tidak, harga cabai di berbagai belahan daerah di Indonesia menyentuh dengan kisaran harga Rp 100.000 per Kg sampai Rp 120.000 per Kg.

Sebelum mencapai angka tersebut, harga cabai berkisar Rp 40.000 per Kg hingga menjadi Rp 85.000 per Kg.

Permasalahan tersebut pun menuai kritikan dari netizen, terutama dari platform media sosial seperti Twitter. Pengguna Twitter mempertanyakan penyebab harga cabai yang semakin melejit naik.

BACA JUGA:Heboh Kabar Marshanda Hilang, Sebelumnya Artis Fenomenal Itu pun Sempat Menangis Saat Live di YouTube

Salah satunya, akun @TutiPufi yang mengeluhkan mengenai perolehan cabai yang sangat sedikit dengan uang Rp 5.000.

Beli cabe rawit, Rp 5.000 diwarung tetangga. Dapetnya segini. Yg bilang Indonesia baik-baik aja adalah orang sinting,” tulisnya dengan menyertakan gambar delapan buah cabai rawit merah.

Menilik ke belakang, Muhammad Lutfi yang kala itu masih menjadi Menteri Perdagangan sebelum digantikan dengan Zulkifli Hasan, pada tiga pekan yang lalu di gedung DPR menjelaskan mengenai penyebab terjadinya peningkatan harga cabai.

Menurutnya, kenaikan harga cabai tersebut disebabkan oleh panen cabai yang sedang terganggu akibat basahnya lahan yang di tanam, sehingga menyebabkan kelangkaan pada cabai tersebut.

BACA JUGA:Sebelum Marshanda Hilang, Jerren Lim Ungkap Tanda-tanda Mencurigakan

Oleh karena itu, pedagang pun harus mengurangi pembelian pada pengepul. Sebab, dengan adanya kelangkaan panen tersebut harga menjadi relatif lebih tinggi.

Selain itu, adanya kelangkaan tersebut menyebabkan daya beli konsumen menjadi rendah terhadap cabai.

Bukan hanya itu, Lutfi juga menjelaskan bahwasannya penyebab adanya kelangkaan cabai tersebut juga diakibatkan adanya iklim yang tidak stabil, seperti curah hujan yang dapat menyebabkan lahan menjadi basah. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: