AHPND Picu Jeritan Petambak Dipasena yang Rugi Miliaran Rupiah
Petambak Dipasena menunjukan udang mati perlahan sebelum panen akibat penyakit AHPND. Foto Dok. P3UW Lampung--
BACA JUGA:Dinas Pendidikan Tulang Bawang Usul Perbaikan Ratusan SD ke Pusat
"Presentase petambak yang mampu panen sampe finis hanya sekitar 35 persen mas dari seluruh wilayah di Dipasena. Dengan survival rate (kelangsungan hidup) di bawah 50 persen," kata Pengurus Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung Bidang Infrastruktur Budidaya Sutikno Widodo, Selasa 2 Agustus 2022.
Menurutnya, kondisi ini sangat berdampak bagi perekonomian masyarakat di Bumi Dipasena.
Sebab hampir seluruh warga di Bumi Dipasena menggantungkan hidup dari usaha budidaya udang.
Saat ini daya beli masyarakat menjadi lemah. Kemampuan permodalan untuk budidaya juga sebagian besar tergerus habis.
BACA JUGA:Curah Hujan Tinggi, BPBD Tulang Bawang Ingatkan Warga Potensi Bencana di 36 Kampung
Hal ini menyebabkan banyak petak-petak tambak kosong tidak berbudidaya karena tidak ada modal dan tidak adanya pemodal yang mau berinvestasi dengan sistem kemitraan seperti yang berjalan selama ini.
Kelompok-kelompok usaha bentukan petembak yang menerapkan sistem penyisihan keuntungan untuk cadangan risiko usaha pun kini mengalami minus CRU-nya, bahkan tergerus habis.
Jadiaman Purba seorang petambak di Kampung Bumi Dipasena Utama bercerita, kerugian akibat penyakit AHPND dalam 1 tahun terakhir kini mencapai Rp500 juta lebih.
Menurutnya, saat ini sebagian tambaknya kosong. Dari 20 petak tambak yang dimilikinya, hanya 8 petak yang mampu beroperasi.
BACA JUGA:Enam Bulan, DPMPTSP Tulang Bawang Terbitkan 2.758 Izin Usaha
"Saya sudah tidak punya modal lagi, kerugian akibat penyakit ini sangat besar. 3 siklus ini tidak pernah panen," keluhnya kepada Radarlampung.co.id.
Senada disampaikan oleh seorang pengusaha pengepul udang dan pemodal bagi beberapa petambak di Kampung Bumi Dipasena Agung bernama Yanto, sebelumnya ia dan petambak bermitra dengan sistem bagi hasil.
Namun sejak muncul penyakit AHPND, ia mengalami kerugian hingga Rp 3 miliar lebih.
"Dari 300 petambak yang menjadi mitra saya, sekarang tinggal 100 orang. Situasi ini sangat dilematis, saya tidak mau menambah kerugian yang lebih besar lagi," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: