Begini Konsep Moderasi Beragama Menurut Rektor UIN Raden Intan Lampung
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Prof Wan Jamaluddin Z MAg PhD, mengungkapkan konsep, prinsip, serta strategi agar moderasi beragama bisa mengalami akselerasi dan penguatan dalam kehidupan sehari-hari.--
RADARLAMPUNG.CO.ID – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Prof Wan Jamaluddin Z MAg PhD, mengungkapkan konsep, prinsip, serta strategi agar moderasi beragama bisa mengalami akselerasi dan penguatan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam moderasi beragama memiliki arti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan moral dan watak sebagai ekspresi sikap keagamaan individu atau kelompok tertentu di tengah keberagaman dan kebhinekaan fakta sosial yang melingkupinya.
Hal tersebut diungkapkan Rektor saat membuka acara Seminar dan Ekspos Produk Akademik yang bertema Sinergisitas Masyarakat dan Dunia Pendidikan dalam Moderasi Beragama di Ballroom Academic and Research Center, Rabu 21 September 2022.
Rektor mengatakan bahwa moderasi bukanlah hal baru bagi umat Islam. Sebab, Perilaku dan contoh teladan Baginda Nabi Muhammad SAW yang terabadikan dalam tradisi-tradisi profetik melalui serangkaian hadist dan atsar para sahabat.
BACA JUGA:BSU Kemnaker 2022 Tidak Cair, Begini Penjelasan Kemenaker RI
"Ssesungguhnya menyajikan betapa kayanya konsep-konsep dan praktek nyata moderasi beragama dalam khazanah Islam,” ucapnya dalam acara yang bekerjasama dengan Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta ini.
Lebih lanjut Rektor menjelaskan enam prinsip dalam moderasi beragama. Pertama, tawasuth yakni, mengambil jalan tengah dari realitas ekstrem yang ada di kehidupan kita baik ekstremitas kanan maupun ekstremitas kiri.
Kedua, tawazun yaitu menjunjung tinggi keadilan tidak berpihak kepada satu kelompok dan mendiskriminasikan kelompok lainnya.
Ketiga, i’tidal, yaitu sikap lurus dan tegas dalam menyikapi setiap kebaikan dalam kehidupan.
BACA JUGA:UniRank 2022 : UIN Raden Intan Lampung Salah Satu Kampus Islam Terbaik Dunia
"Seringkali kita mempraktekkan ini dalam gerakan shalat di mana setelah rukuk kita bangun itu adalah gerakan i’tidal. Yang mencerminkan bahwa sikap dan perilaku serta pemahaman kita hendaklah lurus dan tegas di dalam menghadapi beraneka problem kehidupan sehari-hari," jelas Rektor.
Keempat, tasamuh atau toleransi, lanjut Rektor, kita dilahirkan di dalam kebhinekaan yang luar biasa beragam, maka toleransi menjadi salah satu prinsip di dalam beragama secara moderat.
"Kita tidak bisa memaksakan segala sesuatu yang dari sananya memang ditakdirkan harus berbeda kemudian kita harus paksakan semua itu menjadi sama dan satu warna saja," ucapnya.
Kelima, musyawah atau egaliter (setara), dalam hidup ini, harus membangun ide dan pandangan yang egalitarianisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: