Pengamat Ungkap Beragam Faktor Penyebab Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak 2024
RADARLAMPUNG.CO.ID - Partisipasi pemilih sangat penting dikarenakan suara masyarakat sangat menentukan suksesnya Pilkada serentak 2024.
Sehingga tentunya sangat disayangkan saat hari pelaksanaan Pilkada serentak 2024 tercatat partisipasi pemilih masih terbilang rendah.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) Candrawansah mengatakan, rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) disebabkan berbagai faktor, baik struktural maupun kultural.
Salah satunya adalah ketidakpercayaan terhadap Proses Politik. "Lalu, banyak masyarakat merasa bahwa hasil Pemilihan Kepala Daerah tidak membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka," ujarnya, pada Senin, 2 Desember 2024.
BACA JUGA:Ungguli Paslon Lainnya, Riyanto - Umi Laila Raih 107.249 Suara Dalam Pilkada Pringsewu 2024
Candra menjelaskan, budaya apatis masyarakat dengan sikap tidak peduli terhadap politik dan pemerintahan berkembang karena pengalaman masa lalu yang mengecewakan, seperti janji kampanye yang tidak ditepati oleh calon incumbent.
Selain itu, hambatan teknis berupa lokasi TPS yang sulit dijangkau, cuaca buruk, atau infrastruktur yang kurang memadai dapat menghalangi pemilih untuk hadir.
Ia juga menyampaikan, ketidakpercayaan terhadap penyelenggara pemilu atau tuduhan manipulasi hasil suara dapat mengurangi semangat untuk berpartisipasi.
"Juga karena kurangnya kesadaran politik. Tingkat pendidikan politik masyarakat yang kurang menyebabkan mereka kurang memahami pentingnya Pilkada dalam menentukan masa depan daerah," ungkapnya.
BACA JUGA:Dua Pengurus LPTQ Pringsewu Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penyelewengan Dana Hibah
"Padahal sekali lagi, pemilihan Kepala Daerah dengan sistem suara terbanyak," tambahnya.
Menurutnya, alasan kandidat yang tidak menarik bagi masyarakat juga dapat menyebabkan partisipasi menurun.
"Jika kandidat yang maju dianggap tidak kompeten, tidak memiliki integritas, atau tidak mewakili aspirasi masyarakat, banyak pemilih yang menjadi apatis. Prinsip mereka terkadang, milih dan tidak memilih sama saja," pungkasnya.
Dirinya menyebut, hal ini juga dikarenakan pengaruh politik uang. Praktik politik uang menciptakan persepsi negatif tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: