Iklan Bos Aca Header Detail

Inovasi Senyawa Anti Kanker Berbasis miRNA

Inovasi Senyawa Anti Kanker Berbasis miRNA

--

 

Oleh:

Prof Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes *

(Guru Besar Bidang Farmako Onkologi Universitas Lampung)

 

RADARLAMPUNG.CO.ID-Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan Menuju Masyarakat Tangguh Pasca Covid-19. Itulah orasi ilmiah yang disampaikan Prof. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes. pada puncak Dies Natalis Ke-57 Universitas Lampung (Unila), Jumat (23/9) lalu.

          Guru Besar Bidang Farmako Onkologi Unila ini memaparkan hasil studi para pakar dan peneliti kesehatan mengemukakan bahwa dalam beberapa serangan gelombang besar pandemi Covid-19 sejauh ini, setidaknya 15 juta orang telah kehilangan nyawa di seluruh dunia. Lalu pada akhir 2020, melalui upaya kerja sama intensif oleh pemerintah AS dan sektor swasta, beberapa vaksin pun telah dikembangkan menggunakan teknologi mRNA baru dengan kemanjuran yang dilaporkan lebih dari 90% efektivitas melawan Covid-19 dalam studi awal mereka.

 Vaksin Covid-19 berbasis mRNA, jelasnya,  adalah produk biologis pertama yang diproduksi menggunakan teknologi mRNA dan dikembangkan baru-baru ini. Produknya tersebut memungkinkan pengembangannya dalam waktu yang memecahkan rekor (kurang dari satu tahun dibandingkan beberapa tahun secara konseptual sederhana untuk mengembangkan 'vaksin' yang mengandung epitop antigenik yang dapat masuk ke sel inang. Kemudian memanfaatkan mekanisme biosintesis miRNA intraseluler inang untuk menghasilkan lebih banyak epitop antigenik yang dapat menghasilkan lebih banyak epitop antigenik. Juga, merangsang respons imun inang sambil menghindari adjuvant yang sering digunakan dalam vaksin lain.

          Namun demikian, bebernya, sebelumnya banyak diinovasi dan dipublikasi potensi teknologi mikro RNA (miRNA) untuk diagnostik dan terapi kanker hepatoseluler (KHS). Bahkan, temuan baru menunjukkan bahwa gen miRNA 146 A yang dapat digunakan sebagai tes diagnostik dan terapi KHS berbasis Herbal Asli Indonesia.

          Dalam perjalanannya, Asep Sukohar sendiri melanjutkan riset dengan miRNA  146-A sebagai tes diagnostik dan gen prediksi untuk KHS. Sebagai alat diagnostik dan gen prediksi, menurutnya miRNA     memiliki keunggulan dalam hal diagnostik dengan jumlah pasang basa sangat kecil, yaitu 19-25 pasang basa. Kemudian dapat terdeteksi dengan sempurna dan saat ini sudah banyak dijumpai di laboratorium.

Asep pun menemukan miRNA  423-3p sebagai references genes MiRNA    146 A yang menjadi temuan terbaru yang belum pernah diungkap oleh peneliti dunia.

          Di sisi lain, lanjutnya, sejak WHO mendeklarasikan Covid-19 sebagai global pandemik pada awal Maret 2020, maka hampir seluruh aktivitas pendidikan di seluruh dunia mengalami kelumpuhan. Disrupsi pendidikan akibat pandemi Covid-19 ini berdampak pada lebih dari 1,7 miliar pelajar, termasuk 99% pelajar yang berdomisili di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Pandemi Covid-19 memiliki implikasi yang signifikan bagi pendidikan tinggi dengan fokus pada memutar hasil pendidikan menuju kurikulum online dan digital untuk memungkinkan pendidikan selama lockdown dan pembelajaran secara daring terutama penggunaan pendekatan Blended.

Demikian juga dengan tatakelola Covid-19 di perguruan tinggi, sangat menentukan keberhasilan negara dalam menekan perluasan dampak mematikan Covid. Pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan kesehatan fisik, mental, dan ekonomi masyarakat.

”Satu sisi menyisakan pengalaman pahit di mana setiap orang, masyarakat, negara, bahkan entitas manusia di muka bumi ini merasa sangat terpukul dan lemah, namun di sisi lain mampu mendongkrak semangat inovasi di bidang kesehatan dan memicu kehadiran sumber-sumber perekonomian masyarakat yang lebih kreatif dengan memanfaatkan teknologi. Selain itu, disrupsi bidang pendidikan yang mengharuskan hampir dari dua per tiga penduduk dunia untuk memulai kebiasaan baru belajar jarak jauh atau pembelajaran daring,” ungkapnya.

          Lebih jauh, Asep menyampaikan penelitian mengenai mikroRNA sudah dilakukan sejak beberapa tahun silam. Penemuan terbaru berupa pendekatan terapi dan pengujian senyawa anti kanker dari bahan alam yang dilakukan secara invitro terhadap 2 model sel KHS yaitu tipe 1886 dan PLC5 yang mengedepankan deteksi dini KHS. Penemuan ini menurutnya spektakuler karena dapat digunakan untuk mendeteksi dini atau sebagai prediksi bagi penderita kanker hepatoselular (KHS) serta menjadi harapan baru bagi penderita KHS dengan kandungan berbasis Herbal Asli Indonesia (HAI). Seiring perkembangan teknologi, mikroRNA saat ini sedang dikembangkan dan dilakukan percobaan sebagai salah satu gen/senyawa untuk pengembangan vaksin Covid-19.

          Ditegaskan Asep, selain telah menghasilkan inovasi kesehatan berupa senyawa anti kanker berbasis miRNA yang secara futuristik dilakukan untuk pengembangan kandungan vaksin, Unila juga berperan signifikan dalam membantu penanganan pandemi Covid-19 melalui berbagai kegiatan. ”Paling menonjol adalah inovasi sistem tata laksana penangan pandemi Covid-19 yang sangat bermanfaat, khususnya bagi sivitas akademika Universitas Lampung dan umumnya bagi warga di Provonsi Lampung. Bahkan, inovasi sistem ini dapat ditransfer ke wilayah lain atau bahkan seluruh Indonesia,” ucapnya.

          Selanjutnya untuk membentuk masyarakat tangguh pasca Covid-19, kata Asep, maka riset dan inovasi bidang kesehatan dan ekonomi harus menjadi prioritas program di setiap level masyarakat dan pemerintahan, tidak terkecuali Perguruan Tinggi. ”Unila memiliki potensi sumber daya yang sangat holistik baik sumber daya manusia, infrastruktur, dan sistem IT akan berpotensi menjadi daya dorong dan kontributor bagi kesehatan dan kemandirian ekonomi bangsa,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: