Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan Ajak Masyarakat Berempati Dalam Cegah Paham Radikalisme

Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan Ajak Masyarakat Berempati Dalam Cegah Paham Radikalisme

Kegiatan podcast yang dilakukan oleh pendiri NII Crisis Center. Foto Dok--

BANDAR LAMPUNG,RADARLAMPUNG.CO.ID -Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan mengajak masyarakat untuk empati dalam mencegah berkembang luasnya paham radikalisme. Hal itu untuk mewaspadai kelompok jaringan terlarang menyusup ke dalam lingkungan tempat tinggal sehari hari.

Menurutnya, kelompok radikal biasa berkamuflase di permukiman warga dengan menyebarkan paham ajaran yang bertentangan dengan ideolagi bangsa Indonesia. Seperti dengan menggunakan metode dakwah, seminar, serta membentuk kelompok pengajian kecil.

Biasanya kelompok tersebut menargetkan kaula muda dan orang dewasa, yang sedang mencari jati diri serta mendalami suatu ajaran keagamaan. Bahkan, kelompok ini juga menargetkan aparatur negara untuk masuk kedalam kelompok atau ajaran terlarang tersebut.

“Secara fisik memang kelompok radikal ini tidak memiliki ciri ciri khusus. Namun secara perilaku mereka cenderung tidak bisa menerima suatu perbedaan. Mereka selalu menganggap paling benar, serta anti terhadap pemerintahan yang sah,” kata Ken Setiawan, Kamis,17 November 2022.

Penyebaran paham kelompok radikalisme tersebut, saat ini diakuinya sudah merambah dengan menggunakan fasilitas sarana ibadah. Biasanya melalui metode dakwah dan kajian bernuansa agama yang sebenarnya untuk menyebarkan paham terlarang tersebut.

“Tujuannya untuk mengkampanyekan politik identitas. Menebarkan ujaran kebencian, hasutan, serta caci maki yang mengarah kepada anti pemerintah serta menolak suatu perbedaan,” terangnya.

Dalam menyebarkan ajarannya, sambung Ken, kelompok radikal selalu mengedepakan konsep hijrah dan sunah. Hal itu dilakukan untuk menarik simpati dan minat masyarakat untuk tergabung dalam kelompok tersebut.

“Padahal inti ajaran sebenarnya bukanlah itu. Mereka hanya menyamar sebagai agamawan yang menggunakan suatu agama sebagai kedok saja,” ujar ken.

Kelompok radikal yang membawa paham ajaran terlarang, saat ini tidaklah identik dengan ciri khas seperti sebelumnya. Yakni dengan berjenggot, menggunakan celana cingkarang, serta mengenakan pakaian keagamaan lainnya.

“Mereka saat ini sudah menyesuaikan dengan lingkungan yang telah ditargetkannya. Termasuk kepada kalangan kaula muda melalui pelatihan entrepreneur dan seminar yang bernuansa keagamaan,” katanya.

Dalam hal ini Ken Setiawan lebih menekankan kepada masyarakat, untuk mengantisipasi dan selalu memantau kegiatan setiap anggota keluarganya. Jangan sampai anggota keluarga kita terpapar dengan paham atau ajaran kelompok radikal tersebut.

“Ciri cirinya mulai memiliki sikap intoleransi atau merasa paling benar sendiri. Setelah itu mulai beranjak memiliki pemikiran radikal yang dapat berujung kepada aksi terorisme. Untuk itu masyarakat harus lebih cerdas dan bijak, setiap kali menerima informasi jangan sampai terjebak dalam kelompok terlarang tersebut,” tandasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: