Sopir Truk di Tulang Bawang Barat Bingung, Solar dan Pertalite Langka

Sopir Truk di Tulang Bawang Barat Bingung, Solar dan Pertalite Langka

Langkanya BBM Solar dan Pertalite di Tulang Bawang Barat dikeluhkan sopir pengangkut hasil pertanian. ILUSTRASI/PIXABAY.COM --

TULANG BAWANG BARAT, RADARLAMPUNG.CO.IDSopir truk dan pikap di Tulang Bawang Barat dibuat bingung. Pasalnya bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dan Pertalite langka. 

Sementara kendaraan tersebut akan digunakan untuk mengangkut singkong dari lahan masyarakat ke pabrik dan lapak-lapak. 

Hal ini seperti disampaikan Supriyanto (47) dan Karim (45), warga Tiyuh Panaragan Jaya Indah, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Barat. 

Menurut mereka, harus ada solusi untuk sopir, khususnya yang berhubungan langsung dengan para petani di masing-masing daerah. 

BACA JUGA: Kunjungi LPK di Pringsewu, Wamenaker: Lembaga Pelatihan Kerja Harus Ciptakan Anak Didik Siap Kerja

Dengan begitu mereka dapat memperoleh BBM Solar dan Pertalite tanpa harus mengantri 2-3 jam. 

Parahnya, sering kali pengorbanan selama 2-3 jam tersebut sia-sia. Sebab ketika tiba di nozel SPBU, BBM habis. 

"BBM Solar dan Pertalite itu sulit di tempat kita ini dan daerah-daerah lain juga. Mobil-mobil harus mengantri paling tidak 2-3 jam untuk memperoleh Solar atau Pertalite sejumlah 40 sampai 50 liter," kata Karim. 

Karim menuturkan,  untuk tingkat eceran harga BBM Solar mencapai Rp 10.000 per liter dan Pertalite Rp 13 ribu-Rp 14 ribu per liter. 

BACA JUGA: Berikut 6 Keunggulan Isi Pertamax Dibandingkan Pertalite

"Bayangkan jika kami per hari kami menghabiskan minyak (BBM, Red) sekitar 40-45 liter,” ujarnya. 

Jika di jalan aspal, terus Karim, BBM Solar yang dibeli cukup untuk berkendara. 

Namun karena yang dilintasi jalan rusak, bahkan terkadang harus menginap di area lantaran kendaraan tidak bias bergerak, paling tidak harus ada stok BBM Solar 5-10 liter di tangki. 

Karena itu, keduanya berharap agar pemerintah, khususnya Pertamina dapat memberikan solusi, utamanya bagi sopir yang telah menggantungkan penghasilan keluarganya dari usaha sebagai mengangkut muatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: