Peneliti Temukan Virus Mirip Covid-19 di China, Simak Penjelasan Berikut Ini
Ilustrasi Covid-19. (Pixabay)--
RADARLAMPUNG.CO.ID – Seorang ahli biologi evolusi sekaligus ahli virologi di University of Sydney serta penulis laporan, Eddie Holmes menyebut bahwa dirinya menemukan virus yang mirip dengan Covid-19.
Dilansir Radarlampung.co.id dari laman informasi Telegraph pada Rabu, 30 November 2022, dalam penelitiannya Eddie menemukan sejumlah virus dalam kelelawar di China Selatan.
Salah satunya adalah virus yang disebut mirip dengan virus Covid-19 atau SARS CoV-2.
Penelitian itu menggunakan sebanyak 149 kelelawar di Provinsi Yunnan sebagai sampel, dan ditemukan sebanyak lima virus termasuk yang sama seperti SARS-CoV-2 dan Sars.
BACA JUGA:Dilaporkan Rugi Rp135 Triliun Dalam Sehari, Elon Musk Tetap Jadi Orang Terkaya di Dunia
Dalam penelitiannya, virus yang mirip dengan SARS-CoV-19 diduga masih beredar di kelelawar China dan bisa menimbulkan risiko kemunculan virus baru. Bahkan diduga bisa berpotensi menular ke manusia dan hewan ternak.
Selain Eddie, ada juga penelitian yang dilakukan ahli virolog dari University of Nottingham, Jonathan Ball yang menyebut bahwa penelitiannya menunjukkan kelelawar dapat menyimpan banyak spesies virus yang berbeda.
Sehingga dalam hal tersebut, kelelawar diduga isa menjadi tuan rumah bagi virus-virus menular yang berbeda di saat yang bersamaan.
Koinfeksi semacam itu khususnya yang identik dengan virus seperti virus corona, justru akan memberikan kesempatan bagi virus lain untuk menukar informasi genetik penting secara alami hingga memunculkan varian virus baru.
BACA JUGA:Xiaomi 12T Bakal Rilis di Indonesia pada 1 Desember 2022, Ini Spesifikasi dan Prediksi Harganya
Selain virus Covid-19, ada juga analisis ynag mengungkapkan sekitar 400 ribu orang di seluruh China Selatan dan Asia Tenggara terinfeksi virus yang di bawa kelelawar setiap tahunnya.
Virus tersebut dinamakan BtSY2, yakni virus yang memiliki karakteristik SAR. Bahkan pada 2003 lalu, virus tersebut dilaporkan membunuh sebanyak 774 orang dan menginfeksi sebanyak ribu orang dalam sebuah wabah.
Bagian dari protein lonjakan yang digunakan virus BtSY2 untuk menempel ke sel manusia, menunjukkan bahwa virus tersebut bisa menginfeksi manusia hingga menyebabkan kematian. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: