Lampung Bisa! Pengusaha Nasional Ini Dirikan Pabrik Pupuk Berbahan Rumput Laut di Tanah Kelahiran
Pertama dari kiri foto pengusaha Petrus Tjandra saat meninjau ke Ketapang Lampung Selatan --dok.pribadi
Harga rumput laut di petani saat ini menurut Petrus dalam kondisi tidak baik.
“Misalnya Cottoni dari harga Rp30 ribu turun ke Rp15 ribu. Atau spinosom dari Rp15 ribu ke Rp4 ribu. Padahal Lampung juga termasuk penghasil rumput laut. Kasihan petani,” katanya.
Persoalan harga yang merosot ini bisa disebabkan karena petani harus menjualnya ke tengkulak yang menjual lagi ke bandar lebih besar.
“Di sisi lain Indonesia negara agraris. Tapi kebutuhan pupuk dalam negeri belum terpenuhi sehingga terpaksa impor pupuk. Petani Indonesia ini kesulitan pupuk, sudah langka mahal lagi. Nah rumput laut itu mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tumbuhan,” jelas Petrus Tjandra.
Pabrik tersebut juga lanjut pengusaha asal Lampung ini akan mengedepankan tenaga lokal dan pemberdayaan petani lokal.
“Ini juga bentuk upaya meningkatkan akses pasar yang lebih banyak di Jepang bagi produk-produk lokal Indonesia. Kita harus bangga dengan produk lokal kita,” katanya.
Terpisah, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo mengapresiasi hilirisasi pengolahan rumput laut yang dilaksanakan di Lampung Selatan tersebut. Pengolahan rumput laut itu juga sejalan dengan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Mantan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto menjelaskan
Visi Agro Investama Group tersebut sejalan dengan visi Kadin mewujudkan transisi energi.
“Hal ini sebagai langkah nyata dalam komitmen mengurang emisi menjadi net zero emmision, bahwa komitmen PT. AIG bukan melihat dari sisi bisnisnya saja. Namun mampu bersaing bersama perusahaan global dalam hal ekosistem net zero waste ini,” tutupnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: