Unila Maksimalkan Peluang dan Tantangan Kerja Sama Riset antara Perguruan Tinggi Indonesia dan Australia
--
RADARLAMPUNG.CO.ID - Internasionalisasi menjadi salah satu poin penting dalam pencapaian IKU serta meningkatnya kualitas sebuah perguruan tinggi.
Oleh karenanya, sangat penting bagi sebuah perguruan tinggi untuk membangun komunikasi dan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.
Demikian disampaikan Prof. Dr. Mukhamad Najib, S.TP., M.Si., Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra ketika membuka pemaparan materinya di Seminar Peluang dan Tantangan Kolaborasi Riset dan Kerja Sama Perguruan Tinggi di Australia pada Rabu, 12 Juli 2023, di ruang sidang utama lantai dua Rektorat Unila.
Pemerintah Indonesia menginginkan perguruan tinggi di seluruh Indonesia melakukan penguatan terhadap kualitasnya sehingga saat pemerintah mendorong pembangunan internasionalisasi, sudah pasti bukan semata-mata karena prestise, tetapi karena ingin bisa sejajar dengan universitas di luar negeri dan karena perlu belajar untuk bisa meningkatkan kualitas.
“Karena itu kita membutuhkan partner dari luar negeri yang kita anggap lebih advance, lebih maju, lebih baik dari perguruan tinggi kita, dengan begitu harapannya kita bisa termotivasi dan menemukan cara juga lebih baik dari mereka,” ujarnya ketika berbicara didampingi Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia, D.E.A., I.P.M., dan Ketua LPPM Dr. Habibullah Jimad, S.E., M.Si.
Prof. Najib melanjutkan, Australia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi dan besar untuk diajak bekerja sama dalam rangka mendukung program internasionalisasi ini.
Selain karena jaraknya yang dekat dengan Indonesia, kualitas pendidikan di Australia jauh lebih baik dari Indonesia, yakni peringkat sepuluh pendidikan terbaik di dunia dan dari 43 universitas, delapannya (Group of Eight) telah masuk top 100 university.
Tak hanya itu, Australia pun mempunyai teknologi lebih maju, kolaborasi DUDI yang kuat, serta telah memiliki hubungan bilateral kuat dengan Indonesia melalui The Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), serta membangun kampus pertama di luar negeri.
Kini telah ada 237 universitas di Indonesia, baik negeri maupun swasta, yang telah melakukan kerja sama dengan Australia.
Dirinya berharap, ke depannya Unila juga dapat aktif melakukan kerja sama dengan Australia.
Beberapa program yang sangat memungkinkan dilakukan dengan universitas di Australia, antara lain dalam bentuk Partnership & Academic Reputation melalui kegiatan Join/Double Degree, Joint Research & Collaboration, dan Visiting Scholar.
Salah satu program yang sedang berjalan saat ini di Australia, menurut Prof. Najib, yakni program Split Site Master, penulisan jurnal bersama dalam kegiatan workshop, word class professor, dan lainnya.
Sementara program yang didukung pemerintah salah satunya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, yakni IISMA, IISMAVo, serta Faculty Mobility.
Guna bisa terkoneksi dengan universitas di Australia, dapat dilakukan melalui metode person to person (P2P), University to University (U2U), dan Government to University (GtoU), dengan pendekatan pragmatis dan idealistis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: